Jakarta (ANTARA) - Direktur Pemberitaan Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA Akhmad Munir mengatakan buku berjudul Rural Ekonomics III, Menguatkan Pilar Ekonomi Desa menggambarkan dengan jelas visi, misi dan roadmap yang dijalankan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) untuk membangun perekonomian desa.
"Sangat mengapresiasi penerbitan buku berjudul Rural Ekonomics dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi ini karena dalam buku ini teman-teman di kementerian memastikan bahwa roadmapnya sudah betul," katanya saat memberikan testimoni buku tersebut dalam peluncurannya di Kemendes PDTT di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan buku tersebut meyakinkan masyarakat bahwa kementerian tersebut telah memiliki roadmap atau peta jalan yang benar dalam upaya membangun desa.
"Ini penting sekali dan ini saya akui berkat Pak Eko dan generasi dua tahun sebelumnya," ujarnya merujuk kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo.
Buku tersebut juga, menurutnya menggambarkan dengan jelas keberhasilan program dan pekerjaan lintas sektoral yang dilakukan Kemendes PDTT, Kemenkes, Kementerian Pariwisata, Kementerian PUPR dan lainnya.
"Ini kerja kolaboratif. Keberhasilan menghilangkan ego sektoral dimanage dengan baik oleh Kemendes PDTT. Ini bagus sekali dan terlihat jelas dalam buku ini," ujarnya.
Meski visi, misi dan roadmap yang tergambar jelas dalam buku tersebut, Direktur Pemberitaan Kantor Berita ANTARA itu mencatat kurangnya informasi tentang kendala-kendala yang dihadapi Kemendes PDTT dalam melaksanakan pembangunan desa.
"(Saya) juga ingin masyarakat tahu, kendala-kendala yang ada dalam membangun desa sebanyak 75 ribu ini tergambar," katanya.
Dengan mengetahui kendala-kendala tersebut, menurutnya para pendamping, para pejabat di kabupaten, kecamatan, tingkat gubernur dan pusat akan dapat melihat dan mengurai kendala-kendala tersebut, baik kendala teknik, sosial, kultural maupun kendala psikologi.
"Ini yang perlu dipotret juga agar kerja kolektif dan kolaboratif dari Kemendes bisa bersama-sama dirasakan masyarakat paling bawah sampai paling atas," tambahnya.
Selain itu, ia juga mencatat bahwa buku tersebut tidak menjelaskan dengan tajam atau mendalami gagasan tentang klaster-klaster yang ada di dalam masyarakat pedesaan.
Menurut dia, Indonesia memiliki beragam klaster, diantaranya klaster maritim, agraris, klaster rural atau perkotaan dan lain-lain. Dengan memetakan klaster tersebut dengan jelas, dia berharap ada proses transformasi di antara klaster sejenis di daerah lain.
"Terjadi siklus pertukaran transformasi pengetahuan, pengalaman dan informasi," lanjutnya.
"Jadi tidak selalu harus keluar negeri. Saya baca di sini ada yang ke Korsel, China, itu boleh, baik. Tetapi akan juga lebih berdaya ketika ada transformasi klaster, kesamaan klaster maritim, agraris, rural atau kota," jelas dia.
Terakhir, ia juga menyarankan perlunya pendekatan secara leadership.
"Semua ini tergantung leadership. Jadi sentuh semua pemimpin lokal, daerah, atas dengan jiwa leadership. Ketika tersentuh leadershipnya, maka akan tersentuh visinya, misinya, programnya, monitoringnya dan lain sebagainya," lanjutnya.