Toboali, Bangka Selatan (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengapresiasi hasil survey dan penelitian terkait wisata kuliner yang dilakukan oleh Universitas Sahid Jakarta selama satu tahun ini.
"Kita sangat berterimakasih kepada para dosen Universitas Sahid Jakarta dan GIPI Babel yang sudah memberikan perhatian khusus terhadap wisata kuliner di Babel," kata Kepala Disbudpar Babel, Rivai saat menghadiri FGD Wisata Kuliner di Pangkalpinang, Rabu.
Ia mengatakan, kajian dan penelitian tersebut bagian dari kerjasama yang sudah dilakukan Pemprov Babel melalui Disbudpar Babel dengan Universitas Sahid Jakarta dan para pelaku wisata untuk menyusun strategi wisata kuliner agar berkontribusi untuk kemajuan Babel.
Sampai saat ini pihaknya sudah melakukan satu tahapan yang namanya penelitian-penelitian terhadap kuliner dan sentra -sentra kuliner yang ada di Babel serta mengenai peningkatan kuliner yang tumbuh dan berkembang di Babel, yang dikaitkan dengan kearifan lokal.
Kuliner yang dikaitkan dengan kearifan lokal, dalam artian kuliner asli Babel, bahan bakunya dari Babel yang kemudian ditingkatkan hingga ada peringkat 5 besar, sehingga ini harus dikembangkan menjadi kuliner unggulan dalam arti, dan setiap kali ada kunjungan ke Babel, maka inilah yang pastinya menjadi sajian-sajian yang ada di meja-meja.
"Kita berharap ini kedepan dapat di jadikan gerakan masif untuk diimplementasukan dilapangan melalui sektor UMKM, agar dapat menjadi daya tarik untuk orang datang ke Babel," ujarnya.
Salah satu pelaku usaha bidang pariwisata, Johan Riduan Hasan juga mengatakan pihaknya sangat bersyukur atas riset yang dilakukan oleh para dosen Universitas Sahid Jakarta ini, karena akan memberi kemudahan bagi para pelaku wisata kuliner untuk melakukan apa yang harus dikembangkan dalam meningkatkan nilai jual wisata kuliner di Babel.
"Saya sangat senang dengan kegiatan ini dan kita akan mengundang seluruh pelaku wisata kuliner agar kita bergerak bersama menuju perubahan karena hasil kajian ini akan lebih memudahkan kita," ujarnya.
Menurut Johan, kedepan para pelaku usaha wisata kuliner harus membuat terobosan terkait bahan baku yang digunakan agar kuliner Babel berbeda dengan kuliner daerah lain, meski bentuk dan namanya sama.
"Babel memiliki banyak rempah-rempah yang dihasilkan sendiri, seperti lada, pete dan rempah lainnya yang dapat dijadikan bahan baku kuliner agar memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda dengan kuliner daerah lain. Inilah yang harus dikembangkan para pelaku usaha kuliner untuk meningkatkan kualitas hasil kulinernya," ujarnya.