Pangkalpinang (ANTARA) - Dua jurnalis televisi nasional (TV) mendapatkan ancaman dan kekerasan verbal saat melakukan peliputan penyitaan daging sapi beku bekas impor tanpa dokumen karantina (ilegal) oleh Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkalpinang di Pelabuhan Pangkalbalam, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Jumat (20/12).
Aksi intimidasi dan ancaman dari pemilik ratusan daging beku bekas impor tanpa dokumen karantina tersebut disampaikan oleh Haryanto dari MNC Group dan Merryanti Antara TV Bangka Belitung di Pangkalpinang, Sabtu.
Jurnalis TV dari MNC Group, Haryanto mengatakan kronologis kejadian berawal saat dihubungi oleh Balai Karantina Pertanian yang menginformasikan telah menyita 235,1 kilogram yang dicurigai tanpa dokumen muatan KM Salvia yang baru tiba di Pelabuhan Pangkalbalam pada pukul 11.00 WIB.
"Mendapat informasi tersebut, saya bersama wartawan Antara TV segera mendatangi kantor Balai Karantina Hewan Pangkalpinang, dan melakukan peliputan sebagaimana lazimnya, termasuk meliput proses pemeriksaan keterangan dari pemilik barang yang kemudian diketahui bernama Monica," ujarnya.
Ia mengatakan saat diperiksa saudari Monica terlihat ditemani oleh 1 orang warga negara asing yang diakuinya sebagai suaminya, serta seorang pria yang mengaku sebagai adiknya.
Setelah menjalani pemeriksaan, tiba-tiba saudari Monica beserta adiknya mendatangi kedua korban (Haryanto dan Merryanti) sambil meminta video rekaman liputan yg merekam mereka untuk tidak ditayangkan dan dihapus. Permintaan ini tentu saja ditolak oleh kedua korban, terjadi perdebatan hingga saudari Monica mengancam akan melapor jika liputan yg ditayangkan itu menampilkan muka dia, WNA dan adiknya, karena dinilai mengambil video tanpa izin.
"Tidak sampai disitu, saudari Monica dan pria yg diakuinya sebagai adik tersebut juga memfoto ID Card dan wajah kami," katanya.
Ketua IJTI Pengda Provinsi Kepulauan Babel, Joko Setyawanto mengecam tindakan intimidasi dan kekerasan verbal kepada jurnalis yang sedang melakukan peliputan daging beku ilegal tersebut.
"Saat ini kondisi kedua jurnalis korban intimidasi ini merasa sedikit terancam dan khawatir terjadi sesuatu dengan mereka atau keluarganya. Namun kasus ini belum dilaporkan ke polisi," ujarnya.
"Saat ini kami mendampingi kedua korban dan memonitor perkembangan kasus ini," katanya.