Pangkalpinang (Antara Babel) - Biaya produksi usaha cabai merah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung per satu hektare untuk sekali musim tanam yang dipanen sebesar Rp86,74 juta.
"Biaya produksi usaha cabai merah yang paling besar adalah untuk upah pekerja sebesar 58,22 persen (Rp50,50 juta) terhadap total biaya produksi," kata Kepala Badan Pusat Statistik Babel, Herum Fajarwati di Pangkalpinang, Selasa.
Selanjutnya, kata dia, pemupukan sebesar 21,04 persen, sewa lahan 4,17 persen, mulsa 4,03 persen, pestisida 3,82 persen, bahan bakar minyak 3,33 persen, pengeluaran lainnya 3,09 persen, benih 2,13 persen dan jaringan pelindung 0,17 persen.
Sementara itu, total biaya produksi cabai rawit per satu hektare untuk sekali musim tanam panen mencapai Rp44,12 juta, dengan komponen upah pekerja yang paling besar mencapai 63,38 persen (Rp27,52 juta) terhadap total biaya produksi.
Selain itu, biaya produksi untuk pemupukan juga tergolong besar yakni mencapai 15,94 persen, untuk sewa lahan 7,30 persen, Pengeluaran lainnya 4,59 persen, pestisida 4,01 persen, mulsa 2,30 persen, benih 1,65 persen, bahan bakar minyak 1,07 persen dan jaring pelindung 0,76 persen.
Menurut dia, biaya produksi cabai rawit yang ditanam musim kemarau sebesar Rp42,64 juta atau lebih rendah dibanding musim hujan yaitu sebesar Rp45,29 juta.
"Perbedaan biaya produksi cabai rawit yang ditanam pada musim kemarau dan musim hujan disebabkan oleh besarnya perbedaan pengeluaran untuk upah pekerja sebesar Rp3,3 juta, jaring pelindung Rp362 ribu dan sewa lahan Rp229,9 ribu," ujarnya.
Sementara itu, kata dia, biaya produksi terbesar cabai rawit yang ditanam pada musim kemarau dan musim hujan adalah biaya untuk upah pekerja masing-masing sebesar Rp25,6 juta (60,14 persen) dan Rp29,0 juta (64,03 persen).