Pangkalpinang (Antara Babel) - Alur pelayaran kapal di Pelabuhan Pangkalbalam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), semakin menyempit karena abrasi sungai yang cukup tinggi, sehingga mengganggu lalu lintas kapal di pelabuhan itu.
"Saat ini, kapal berkapasitas 2.000 grosston ke atas tidak lagi bisa masuk ke Pelabuhan Pangkalbalam, karena alur pelayaran yang sempit dan dangkal," Ketua TKBM Pelabuhan Pangkalbalam, Ghazali di Pangkalpinang, Rabu.
Untuk itu, kata dia, pihak pengelola pelabuhan dan pemerintah daerah harus segera mengatasi masalah penyempitan dan pendangkalan alur pelayaran kapal barang ini.
"Pada saat air laut surut, kapal berkapasitas 2.000 ton dengan draf maksimal lima meter tidak bisa lagi masuk ke pelabuhan untuk membongkar muatan berbagai kebutuhan warga di Pulau Bangka," ujarnya.
Menurut dia, penyempitan dan pendangkalan alur pelayaran kapal ini karena rusaknya kawasan bakau di sepanjang sungai Pelabuhan Pangkalbalam.
"Saat ini, sepanjang sungai pelabuhan sudah berdiri pabrik dan pengusaha membabat hutan bakau yang ada di kawasan pabriknya," ujarnya.
Ia mengatakan, dalam satu tahun terjadi pendangkalan satu meter di alur pelayaran kapal, karena tidak ada lagi tumbuhan bakau penahan lumpur dan pasir.
"Pemerintah harus bergerak cepat mengatasi masalah ini, jika tidak maka akan mengganggu pasokan berbagai kebutuhan pokok masyarakat Pulau Bangka," ujarnya.
Ia menjelaskan, 85 persen berbagai kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya warga Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan dipasok melalui Pelabuhan Pangkalbalam.
"Apabila terjadi masalah di pelabuhan ini, maka akan berdampak langsung terhadap kenaikan harga barang yang tinggi akibat pasokan barang di pelabuhan yang tersendat," ujarnya