Jakarta (ANTARA) - Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Penanganan COVID-19 Pemerintah Prof. Wiku Adisasmito mengatakan Indonesia berhasil mempertahankan jumlah kasus positif COVID-19 tetap turun meskipun Omicron telah terdeteksi.
“Saat ini, kasus positif di Indonesia masih konsisten mengalami penurunan dan sudah bertahan selama 22 pekan,” kata Wiku dalam Keterangan Pers Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Jakarta, 21 Desember 2021 yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Wiku menuturkan bahwa Indonesia berhasil secara konsisten menjaga jumlah penurunan kasus positif COVID-19 selama 22 pekan berturut-turut.
Hal yang sama, juga terjadi pada kasus kematian. Di mana Indonesia berhasil mempertahankan kasus kematian tetap menurun selama 20 pekan terakhir.
Meskipun jumlah kasus positif dan kasus kematian akibat COVID-19 terus mengalami penurunan jumlah yang signifikan, Wiku menyebutkan bila dilihat dari angka reproduktif efektif (Rt) yang menggambarkan potensi penularan di masyarakat, angka Rt konsisten mengalami peningkatan sejak titik terendah sejak bulan September 2021 lalu.
“Kenaikan yang terjadi masih cenderung terkendali karena Rt masih di bawah 1. namun, diperlukan usaha sejak dini untuk mencegah terjadinya lonjakan penularan di kemudian hari apalagi mengingat adanya varian Omicron serta peluang penularan pada periode Natal dan tahun baru,” kata Wiku.
Guna menjaga kasus COVID-19 tetap terkendali dan mencegah masuknya Omicron lebih banyak lagi, dia membeberkan bahwa pemerintah kini sedang menjalankan empat upaya mitigasi yang telah direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Keempat upaya mitigasi itu adalah mengkoordinasikan alur kedatangan internasional, melakukan surveilans dan penanganan kasus, melakukan komunikasi risiko melalui sejumlah situs maupun media sosial serta mempersiapkan kapasitas pintu kedatangan.
Pemerintah juga sudah berupaya mencegah agar kasus yang sudah terdeteksi varian Omicron tidak menyebabkan lonjakan kasus di masyarakat. Melalui rapat koordinasi dan evaluasi seluruh elemen, yang terlibat baik penanggung jawab serta pekerja teknis di lapangan.
Ia juga menyebutkan bahwa tes kesehatan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan whole genome sequencing (WGS) maupun S-gene target failure (SGTF) terus digencarkan untuk melakukan skrining.
Termasuk melakukan isolasi pada pelaku perjalanan internasional di Wisma Atlet sebagai tempat ditemukannya kasus pertama Omicron hingga 23 Desember 2021 mendatang.
Dalam kesempatan itu, untuk mendukung pencegahan dengan lebih optimal dia meminta pengelola fasilitas karantina untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang sesuai dengan standar, melakukan disinfeksi serta melakukan perawatan secara rutin.
“Termasuk melakukan pemeriksaan kesehatan khususnya populasi berisiko secara berkala, menyediakan hotline informasi dengan respons time yang tinggi dan melakukan pengawasan karantina secara ketat,” ujar dia.*