Tanjungpandan, Belitung, (ANTARA Babel) - Ketua Kelompok Peduli Lingkungan Belitung (KPLB), Budi, mengingatkan pemerintah agar pariwisata di Bangka Belitung tidak hanya menguntungkan investor, tapi juga masyarakat lokal.
"Pariwisata di Bangka Belitung memang menjanjikan sebagai alternatif perekonomian pascatambang, tapi kita tidak mau Babel jadi seperti Bali tempo dulu," kata Budi di Tanjungpandan, Jumat.
Budi menjelaskan, saat kepariwisataan Bali baru dimulai, pihak yang banyak diuntungkan adalah para investor, sementara penduduk lokal semakin ditinggalkan dan tersingkir ke daerah pinggiran.
"Kami tidak ingin itu terjadi, oleh sebab itu, arah pembangunan kepariwisataan kita hendaknya dipusatkan pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan," kata dia.
KPLB adalah sekelompok pemuda Belitung yang bergerak dalam kegiatan konservasi lingkungan di wilayahnya.
KPLB yang dibentuk pada 1998 telah melakukan berbagai kegiatan peduli lingkungan sekaligus memberdayakan perekonomian masyarakat lokal. Salah satunya adalah mengembangkan konservasi fauna khas Bangka Belitung, tarsius, di Batu Mentas, Belitung.
Selain itu KPLB juga mengupayakan reboisasi hutan mangrove di Pulau Selat Tasik, penyelamatan penyu sisik dan penyu lekang di Pulau Kepayang, serta pembudidayaan terumbu karang di perairan sekitar.
"Masyarakat lokal Belitung memiliki kearifan lokal yang kaya, itu menjadi modal utama kita dalam pariwisata," kata dia.
Budi menjelaskan, KPLB ingin pulau-pulau kecil di Bangka Belitung tersambung sebagai daerah wisata sehingga kegiatan perekonomian dapat merata.
"Saat ini arah gerakan pengelolaan pariwisata kita masih sektoral, kita butuh mengintegrasikan pulau-pulau kecil yang juga memiliki potensi luar biasa, kita buat 'marketing channel'-nya sehingga mereka juga bisa maju," katanya.