Jakarta (ANTARA) - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) resmi meluncurkan perusahaan induk atau holding BUMN Danareksa sebagai bagian dari program transformasi yang pemerintah lakukan terhadap perusahaan-perusahaan pelat merah di Indonesia.
"Di era perubahan yang terjadi ini, saya mengharapkan Danareksa membuat terobosan-terobosan terus. Kami mendukung penuh Danareksa menjadi holding transformasi terbaik di Indonesia, bahkan dunia," kata Menteri BUMN Erick Thohir dalam acara Peluncuran Holding BUMN Danareksa di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu.
Erick menjelaskan bahwa awal dibentuknya holding Danareksa adalah untuk membantu pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN untuk mempercepat proses transformasi BUMN.
Menurutnya, jumlah BUMN yang sebelumnya ada 108 menjadi 41 BUMN dan klaster yang semula ada 27 menjadi hanya 12 klaster saja, sehingga kehadiran holding Danareksa akan menjadi kekuatan baru bagi proses transformasi yang dilakukan oleh Kementerian BUMN.
"Makanya, sejak awal kami bentuk holding Danareksa untuk mengawal para perusahaan BUMN yang tidak masuk klaster, karena ada kepentingan tentu, klaster yang kami bentuk melakukan sinergisitas bisnis model," jelas Erick.
Pemerintah menunjuk Danareksa sebagai holding yang yang membawahi beberapa subklaster, yaitu jasa keuangan, kawasan industri, sumber daya air, jasa konstruksi dan konsultasi konstruksi, manufaktur, media dan teknologi, serta transportasi dan logistik. Pembentukan holding ini merupakan bagian dari transformasi pengelolaan BUMN melalui konsolidasi dan simplifikasi jumlah BUMN.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2022, anggota holding Danareksa tahap pertama adalah PT Nindya Karya, PT Kliring Berjangka Indonesia, PT Kawasan Industri Medan, PT Kawasan Industri Wijayakusuma, PT Kawasan Industri Makassar, PT Kawasan Berikat Nusantara, PT Balai Pustaka, PT Perusahaan Pengelola Aset, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung, dan PT Surabaya Industrial Estate Rungkut.
Direktur Utama Danareksa Arisudono Soerono mengatakan perusahaannya bertujuan mengembangkan usaha anak perusahaan melalui value creation dengan transformasi model bisnis, sinergi, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia agar dapat memberikan kontribusi positif bagi Indonesia.
"Hari ini bukanlah tujuan melainkan langkah awal bagi terlaksananya transformasi dan peningkatan nilai BUMN-BUMN di bawah kelolaan Danareksa," kata Arisudono.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa Danareksa telah menyiapkan diri untuk bertransformasi menjadi perusahaan dengan menyiapkan 28 inisiatif strategis di bidang tata kelola, human capital, teknologi informasi, keuangan, dan manajemen risiko, serta pembentukan berbagai project management office untuk sinergi.
PT Perusahaan Pengelola Aset atau biasa disingkat menjadi PPA sebagai holding Dana Reksa telah menorehkan berbagai pencapaian selama masa transisi, termasuk ikut serta menyelamatkan Bank Muamalat serta berbagai BUMN titip kelola yang memerlukan penanganan khusus.
Arisudono mengungkapkan bahwa anggota holding Danareksa umumnya BUMN sekala kecil dan menengah dengan rata-rata aset sekitar Rp3,5 triliun.
"Kalau kami konsolidasikan karena jumlah aset kelola tahap satu Inbreng adalah sebesar Rp46,3 triliun, maka setelah dikonsolidasi aset total tahap satu sebesar Rp49,1 triliun," ujarnya.
Dari sisi laba bersih, performa konsolidasi tahap satu pada tahun 2020 adalah Rp486 miliar.
Menurut Arisudono, besarnya nilai aset dan laba konsolidasi relatif apabila perusahaan-perusahaan pelat merah itu berdiri sendiri. Torehan laba menggambarkan manfaat pembentukan holding.
Dengan neraca yang lebih kuat, maka penciptaan nilai tambah melalui inovasi model bisnis, peningkatan kompetensi sumber daya manusia, dan perbaikan proses dapat dilakukan dengan baik.
Pada tahun 2021, laba bersih performa konsolidasi tahap satu tercatat sebesar Rp796 miliar. Angka ini naik cukup signifikan bila dibandingkan laba bersih pada tahun 2020 lalu, karena dipengaruhi beberapa kebijakan standarisasi akutansi.
"Besar harapan kami dapat meningkatkan kinerja pada tahun-tahun selanjutnya sesuai dengan rencana kerja yang telah kami susun dengan dukungan penuh pemerintah," kata Arisudono.
"Peningkatan kinerja itu bukan hanya dari inovasi model bisnis dan perbaikan proses, tapi juga dari peningkatan kompetensi sumber daya manusia, di mana budaya perusahaan memainkan peranan penting," imbuhnya.