Jakarta (Antara Babel) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, peran media massa adalah memberikan informasi kepada warga yang dapat diberikan sehingga memberikan semangat yang optimistis dan positif kepada masyarakat di Tanah Air.
"Pertama, informasi harus 'fair' (adil), dan kedua, memberikan 'spirit' (semangat). Berikan harapan kepada masyarakat," kata Jusuf Kalla (JK) saat menjadi pembicara dalam acara "News Forum Redaksi Indonesia 2016: Challenges and Opportunities" di MNC News Center di Jakarta, Kamis.
Wapres mengemukakan agar peran media diharapkan dapat memberikan informasi yang terbuka, tetapi juga adil dan proporsional.
Selain itu, ujar dia, peran media dalam memberikan harapan juga penting untuk menumbuhkan optimisme serta edukasi bagi masyarakat.
JK juga berpendapat bahwa secara politik, Indonesia merupakan negeri yang paling stabil di kawasan Asia. Indonesia stabil antara lain karena partai-partai politik saat ini sudah bersatu mendukung langkah pemerintah.
Meski demikian, ujar Wapres, peristiwa seperti kejadian di Jalan Thamrin beberapa waktu lalu, menyiratkan bahwa gangguan aspek stabilitas keamanan meski tidak sebesar negara lain tetapi tetap mengganggu.
Kalla menyatakan, "penting bagi kita semua untuk mencapai tujuan berbangsa, yaitu mewujudkan masyarakat yang makmur dan adil di wilayah Nusantara".
Sebelumnya, Dirut PT Sarinah (Persero) Ira Puspadewi mengimbau media massa dalam penulisan berita peristiwa bom bunuh diri pada Kamis (14/1), di Jakarta tidak menyebutkan "bom Sarinah", tapi sebaiknya "bom Thamrin".
"Ini soal akurasi saja, karena tidak ada bom di dalam Gedung Sarinah. Sebagai referensi bagi teman-teman media, kalau boleh mohon kerja samanya tidak menyebut Bom Sarinah," ucap Ira di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (15/1).
Menurut Ira, meskipun peristiwa bom bunuh diri tersebut berjarak sangat dekat, namun faktanya itu semua di luar Gedung Sarinah, yaitu terjadi di pos polisi Thamrin dan Gedung Sky Line Thamrin.
"Kita melihat kasus ini merupakan tragedi nasional yang besar. Efeknya tidak hanya ke Sarinah, tapi juga secara nasional. Sehingga sebaiknya tidak dilokalisir dengan menyebut sebagai peristiwa bom Sarinah," ujarnya.
Ia mengakui bahwa sebelumnya salah satu TV swasta saat peristiwa terjadi berkali-kali menyebut "bom Sarinah", namun siang ini (Jumat, 15/1) pemberitannya sudah lebih akurat dengan menuliskan "bom Thamrin".
"Tujuan imbauan itu murni agar semua pihak termasuk media membangun semangat bahwa yang terkena dampak itu Indonesia, bukan hanya Sarinah," tegasnya.