Pangkalpinang (ANTARA) - Pencabutan PPKM menjadi angin segar bagi sektor perekonomian, khususnya pariwisata di Indonesia. Geliat pengembangan sektor wisata semakin terasa dengan penampilan baru yang semakin memanjakan mata wisatawan. Pantai Pasir Padi sebagai pantai populer di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tak luput dari perkembangan.
Selain akses jalan yang mudah dan jauh dari kemacetan, birunya air laut berdampingan dengan pasir putih menjadi pesona tersendiri Pantai Pasir Padi bagi para pengunjung. Bahkan, sebelum adanya pandemi, Pantai Pasir Padi kerap menjadi alternatif objek wisata yang dikunjungi masyarakat Kota Pangkalpinang, baik di hari kerja maupun libur.
Meski jumlah pengunjung sempat berkurang saat pandemi tak membuat masyarakat lupa akan eksistensinya, terbukti sejak PPKM resmi dicabut dan diadakannya pengembangan, pantai itu tak pernah terlihat sepi pengunjung. Mulai dari kaum milenial yang menghabiskan waktu dengan nongkrong bersama teman-teman, hingga keluarga besar yang menghabiskan waktu libur akhir pekan sambil menikmati fasilitas Pantai Pasir Padi yang semakin lengkap.
Untuk masuk ke lokasi wisata, pengunjung yang menggunakan motor dikenai tarif tiket masuk Rp2.000 dan untuk kendaraan mobil dikenakan tarif Rp4.000. Ketika sampai di lokasi, pengunjung akan disuguhi pemandangan pantai dengan dilengkapi deretan indah pohon cemara yang dililit kain tenun khas Bangka Belitung, yakni cual.
"Spot-spot" indah sebagai tempat untuk menikmati suasana pantai berpasir putih itu sudah menunggu untuk ditempati, tak sedikit yang mengabadikan pesona eloknya dengan gawai yang tak pernah lepas dari genggaman. Sarana dan prasarana pendukung menjadi nilai tambah yang membuat pengunjung semakin betah, mulai dari vila, hotel, waterpark, restauran seafood, hingga beach bar. Selain itu banyak pedagang makanan yang menjajakan kuliner-kuliner khas Bangka Belitung, di antaranya otak-otak bakar, mi koba, empek-empek, hingga kerupuk kemplang.
Pemerintah Provinsi Kepulauan Babel sebahai disampaikan Penjabat Gubernur Ridwan Djamaluddin memang mengembangkan Pantai Pasir Padi sebagai ikon pariwisata Kota Pangkalpinang. "Kami mendukung Pemkot Pangkalpinang dengan segala upaya untuk mewujudkan Pantai Pasir Padi sebagai destinasi wisata dunia," katanya.
Pantai Pasir Padi dari dulu dan sekarang tetap menjadi favorit bagi masyarakat Kota Pangkalpinang. Aksesnya yang dekat dari pusat kota dan sarana yang semakin berkembang membuat Pantai Pasir Padi layak mendapat dukungan untuk menjadi ikon pariwisata kota itu.
Dukungan milenial
Kebangkitan pariwisata pascapandemi tak akan lepas dari peran dan kepedulian seluruh pemangku kepentingan, termasuk milenial, yang dalam bermedia sosial acap kali dikira sibuk pamer liburan dengan postingan-postingan di media sosial. Selain menjadi konsumen bagi sektor pariwisata, sebenarnya generasi milenial juga bisa menjadi pemain utama dalam ikut andil mengembangkan pariwisata Indonesia.
Apalagi ada prediksi pada 2030 pasar pariwisata Asia akan didominasi wisatawan milenial berusia 15–34 tahun dengan persentase mencapai 57 persen. Untuk itu Indonesia harus mengambil ceruk pasar tersebut untuk membangkitkan wisata di Indonesia.
Tak selamanya sibuk bermedia sosial berdampak negatif, seperti halnya pada aktivitas bermedia sosial yang bijak dengan unggahan terkait objek wisata yang secara tidak langsung mempromosikan wisata itu kepada lingkungan sekitar, bahkan masyarakat luas.
Seperti pada tingginya kunjungan masyarakat ke Pantai Pasir Padi baru-baru ini, disamping PPKM sudah dicabut, ternyata masyarakat dibuat penasaran dan tertarik berkunjung karena perkembangannya yang cukup mencuri perhatian di media sosial. Salah satu perkembangan yang menjadi favorit para milenial, yaitu keberadaan "Beach bar bervibe Bali" yang langsung menjadi tempat nongkrong favorit para milenial Pangkalpinang.
Seorang pengunjung, Imam, mengatakan sangat senang dengan perkembangan Pantai Pasir Padi, milenial menjadi lebih betah karena keberadaan tempat-tempat nongkrong dengan nuansa liburan ini.
Dari satu postingan yang menyebar lalu berkembang di kelompok, komunitas hingga menyasar masyarakat luas. Pada akhirnya kebiasaan milenial yang dianggap suka pamer liburan di media sosial itu berbuah baik bagi sektor pariwisata, membuat konten-konten kreatif video traveling hingga unggahan foto-foto di tempat wisata telah berkontribusi dalam membantu mempromosikan pariwisata.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Kepemudaan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Herwanita mengatakan sangat mengapresiasi peran milenial yang memanfaatkan media sosial dengan mempromosikan pariwisata, terlebih lagi yang memiliki followers banyak.
Kegiatan positif tersebut bisa menginspirasi para milenial lainnya. Terlebih lagi promosi lewat media sosial lebih menghemat biaya dan bisa mencakup masyarakat yang lebih luas.
Sementara itu, upaya promosi telah digelar oleh Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Kepemudaan Olahraga Pemerintah Provinsi Bangka Belitung dengan memanfaatkan publikasi melalui media website dan video, juga digelar roadshow dan penjualan tiket wisata ke beberapa wilayah di Indonesia, beberapa waktu lalu.
Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Kepemudaan Olahraga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat, upaya itu memang menghasilkan secara instan, tapi sudah mulai memperlihatkan hasil dengan terjualnya beberapa paket wisata.
Sekadar mengunggah tentang objek wisata telah memberi kontribusi dalam mempromosikan pariwisata, dan serta merta dapat membantu membangkitkan pariwisata dan mendorong pemulihan ekonomi. Kinilah saatnya para milenial berperan aktif dalam membantu memajukan sektor-sektor yang mengalami imbas dari pandemi COVID-19, meski dimulai dari hal kecil sekalipun.