Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebut PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Nasional Indonesia Tbk (BNI) akan keluar secara perlahan dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
Ini akan kita lihat peluang pasarnya. Apabila BNI dan BRI mulai exit, kira-kira siapa yang bisa menggantikan dan berapa besar size-nya, kata Tiko di sela BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2023 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan telah melakukan pembicaraan dengan beberapa investor potensial yang diharapkan bisa datang dari perbankan global sehingga BSI dapat naik menjadi bank berkelas dunia.
Adapun pada aksi right issue BSI terakhir di Desember 2022, BNI hanya menggunakan separuh haknya, sementara BRI tidak menggunakan haknya sama sekali pada aksi penguatan modal tersebut.
Oleh sebab itu, kepemilikan saham BNI di BSI menyusut dari 24,85 persen menjadi 23,24 persen, sedangkan kepemilikan saham BRI juga turun dari 17,25 persen menjadi 15,38 persen.
Sebelumnya, BSI mencatatkan laba bersih Rp4,26 triliun sepanjang 2022 atau tumbuh 40,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
"Capaian yang sangat impresif di tahun kedua ini merupakan hasil kerja yang solid dan strategi respons yang tepat (strategic response) BSI di tengah berbagai tantangan ekonomi di sepanjang 2022," kata Hery.
Hery mengatakan pertumbuhan laba tersebut diiringi dengan peningkatan aset bank dengan kode emiten BRIS yang saat ini mencapai Rp305,73 triliun atau tumbuh 15,24 persen secara tahunan (yoy).
Selain itu, pencapaian laba bersih juga ditopang oleh pertumbuhan bisnis yang sehat dari segmen retail dan wholesale serta didukung oleh peningkatan dana murah, kualitas pembiayaan yang baik, efisiensi, dan efektivitas biaya serta fee based income (FBI).
Peningkatan laba bersih juga didorong oleh pencapaian kinerja penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp261,49 triliun yang tumbuh 12,11 persen (yoy) dan pembiayaan yang tumbuh 21,26 persen (yoy) menjadi Rp207,7 triliun.