New York (ANTARA) -
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei tergelincir 1,73 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi menetap di 72,97 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Aptil jatuh 1,61 dolar AS atau 2,4 persen, menjadi ditutup di 66,74 dolar AS per barel.
Pada terendah sesi mereka, kedua harga acuan anjlok lebih dari tiga dolar AS. Brent merosot hampir 12 persen dalam seminggu, penurunan mingguan terbesar sejak Desember. Kontrak berjangka WTI anjlok 13 persen sejak penutupan Jumat (10/3/2023), terbesar sejak April lalu.
"Fundamental yang mendasarinya tidak seburuk apa yang diperkirakan di sini, tetapi ada kekhawatiran bahwa minyak tidak seaman uang tunai atau emas," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York, dikutip dari Reuters.
Harga minyak mengikuti pasar ekuitas yang lebih rendah, dirundung oleh krisis sektor perbankan dan kekhawatiran tentang kemungkinan resesi.
Ketiga indeks saham utama AS turun tajam dalam perdagangan sore, dengan saham keuangan turun paling banyak di antara sektor utama S&P 500 setelah jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank dan dengan masalah di Credit Suisse dan First Bank Republik.
Harga-harga telah pulih setelah langkah-langkah dukungan dari bank sentral Swiss dan pemberi pinjaman AS, tetapi turun lagi ketika SVB Financial Group mengatakan telah mengajukan reorganisasi.
Tekanan berasal dari "keadaan pasar yang terus rapuh", kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.
Para analis masih memperkirakan pasokan global yang terbatas untuk mendukung harga minyak di masa mendatang.
Anggota OPEC+ mengaitkan pelemahan harga minggu ini dengan pendorong keuangan daripada ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, menambahkan bahwa mereka memperkirakan pasar akan stabil.
Penurunan WTI minggu ini menjadi kurang dari 70 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021 dapat memacu pemerintah AS untuk mulai mengisi Cadangan Minyak Strategis, meningkatkan permintaan.
Dan para analis memperkirakan pemulihan permintaan China menambah dukungan harga, dengan ekspor minyak mentah AS ke China pada Maret menuju level tertinggi dalam hampir dua setengah tahun.
Arab Saudi dan Rusia dalam pertemuan pada Kamis (16/3/2023) menegaskan komitmen mereka terhadap keputusan OPEC+ Oktober lalu untuk memangkas target produksi sebesar dua juta barel per hari hingga akhir 2023.
Panel pemantauan OPEC+ akan bertemu pada 3 April.
Berita Terkait
Kemendag sebut harga MinyaKita tembus Rp17.058 per liter
18 November 2024 13:36
Harga komoditas pangan 19 Oktober, bawang merah Rp29.520 per kg
19 Oktober 2024 12:12
Disperindag Babel pastikan harga bahan pokok masih stabil, MinyaKita ada perubahan HET
18 Oktober 2024 19:48
Babel waspadai kenaikan minyak goreng dampak kebijakan ditiadakan HET
26 Agustus 2024 14:48
Harga bawang naik dan beras medium turun di level Rp13.290 per kg
3 Agustus 2024 11:25
Harga pangan 31 Juli fluktuatif, bawang putih di harga Rp41.240 per kg
31 Juli 2024 09:15
Bapanas: Harga cabai rawit merah naik Rp1.460 jadi 69.850 per kg
30 Juli 2024 09:45
Harga pangan 28 Juli, bawang merah naik Rp11.750 jadi Rp40.390 per kg
28 Juli 2024 08:22