Pangkalpinang (Antara Babel) - Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), mengirim lima orang siswa dan dua orang guru dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 ke Sekolah Rendah Kebangsaan Taman Megah (SKTM) Selangor, Malaysia.
"Dalam waktu dekat ini, perwakilan dari SDN Kota Pangkalpinang akan berkunjung ke SKTM Selangor untuk meningkatkan pendidikan Bahasa Inggris dan teknologi informasi (IT)," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang Akhmad Elvian di Pangkalpinang, Selasa.
Ia menjelaskan peningkatan Bahasa Inggris dan IT ini merupakan salah satu bentuk pengembangan kerja sama Program Sister School (sekolah kembar) antara beberapa negara yaitu Indonesia, Thailand, Australia dan Malaysia yang tahun ini menjadi tuan rumah penyelenggaraan program tersebut.
"Selama tiga minggu, siswa dan guru di masing-masing perwakilan negara akan melakukan berbagai kegiatan seperti kunjungan ke tempat bersejarah dan setiap peserta menampilkan apa yang menjadi keunggulan sekolah dan seni budaya negara masing-masing negara," ujarnya.
Selain itu, masing-masing peserta juga dilibatkan dalam festival lomba robotic dan bidang teknologi informasi lainnya.
"Pada festival robotic tahun lalu, perwakilan Disdik Kota Pangkalpinang meraih juara ke tiga, padahal, siswa-siswi sekolah dasar di Kota Pangkalpinang sendiri belum mengenali atau belum memiliki mata pelajaran tent merancang robot," ujarnya.
Ia mengatakan tujuan yang didapat dengan adanya kerja sama ini yaitu membina dan memperkuat hubungan persahabatan sekolah, belajar wisata dan kebudayaan negara lain, mendukung dalam proses belajar mengajar baik itu secara tekhnik, materi, teknologi, dan lain sebagainya.
"Dalam konsep Sister School bertujuan untuk mengenal budaya pembelajaran bahasa inggris dan tekhnologi informasi (IT). Para siswa dengan meode chatting dan video conference, akan berkomunikasi dengan siswa di SKTM dengan menggunakan Bahasa Inggris,"ujarnya.
Selain siswa di kedua sekolah, juga dijadwalkan untuk melakukan kunjungan atau pembelajaran ke negara lain. Dengan sistem "home stay", siswa di Pangkalpinang akan belajar di Malaysia dan sebaliknya.
"Dengan adanya kerja sama ini siswa di kedua sekolah ini, dituntut untuk bisa belajar Bahasa Inggris dan teknologi informasi. Selain itu nantinya akan dijadwalkan semacam pertukaran pelajar dengan Malaysia," ujarnya.
Menurut dia, Sister School ini merupakan program turunan dari Program Sister City (kota kembar). Yang menarik, walaupun Pangkalpinang belum memiliki Program Sister City, tetapi secara konsep kota sudah mengarah ke terbentuknya Sister City.
Terobosan Sister School yang dipelopori oleh Disdik diharapkan dapat menjadi pemicu pemerintah kota untuk mempelajari Program Sister City dengan kota-kota di negara lain.
"Pengembangan Sister Shool ditekankan pada manfaat yang akan diperoleh oleh sekolah, guru, murid, dan masyarakat dengan adanya model dari sekolah lain yang dianggap berhasil," ujarnya.