Phnom Penh (ANTARA) -
Di tempat apa manusia dengan keterbatasan fisik diberi ruang seluas-luasnya untuk berada lebih dominan dari pada orang-orang sebagaimana adanya? Jawabannya adalah olahraga.
Lagi-lagi, olahraga menjadi lebih dari apa yang tertera pada KBBI. Jauh lebih luas dari sekadar arti harfiahnya berupa kegiatan fisik dengan ketangkasan dan kemahiran yang memerlukan tenaga.
Tak jarang olahraga disebut-sebut menjadi pemersatu kelompok-kelompok orang yang berseteru. Meski tak sedikit pula olahraga menciptakan fanatisme massa yang berujung pada rivalitas abadi, kemudian berlanjut saling menghakimi.
Akan tetapi, olahraga lebih sering melahirkan sisi positif ketimbang terciptanya hal buruk. "Sports Live in Peace" atau Olahraga Hidup dalam Damai, begitu bunyi moto penyelenggaraan SEA Games Ke-32 dan ASEAN Para Games Ke-12 di Kamboja.
Makna yang juga kental terlihat pada penyelenggaraan ASEAN Para Games, yang pada tahun 2023 ini digelar di Phnom Phen Kamboja. Terlihat betapa energi melampaui batas kemampuan fisik yang dimiliki oleh para atlet spesial yang bertanding di 14 cabang olahraga para games.
Para games adalah tempat di mana para penyandang disabilitas dipandang setara sebagai manusia, tanpa tatapan menghakimi, duduk berbaur dengan mereka yang tidak memiliki kebutuhan khusus.
Lebih lagi, para games merupakan tempat di mana orang dengan kebutuhan khusus memiliki panggung olahraga, bukan cuma diberikan tempat tersendiri seperti di pojok gerbong kereta listrik.
Iring-iringan para kontingen peserta negara Asia Tenggara pada ASEAN Para Games Ke-12 di Stadion Nasional Morodok Techo menjadi panggung istimewa. Atlet-atlet spesial itu semringah melakukan defile di tengah-tengah lapangan Stadion Morodok Techo sambil melambaikan tangan ke tribun penonton yang bersorak riuh. Di atas kursi rodanya, atau sambil berjalan dengan kaki palsunya.
Begitu pula dengan kirab obor ASEAN Para Games Ke-12. Para atlet penyandang disabilitas yang estafet membawa obor pun memiliki energi yang lebih besar di dalam diri mereka dibandingkan apa yang terlihat hanya dari luarnya saja.
Sungguh keterbatasan penglihatan, berlari dengan kaki buatan, atau duduk di kursi roda sambil membawa api obor para games bukanlah suatu hambatan. Sama sekali bukan.
Atlet para-angkat berat Dwiska Afrilia yang mengenakan busana daerah Sumatera Barat tampil anggun di atas kursi rodanya sambil membawa Merah Putih, memimpin 49 orang perwakilan kontingen Indonesia lainnya.
Begitu juga dengan Figo Saputra, atlet para-atletik yang dengan bangganya mengenakan busana adat dayak untuk pertama kali dan mempertontonkan keragaman Indonesia di Kamboja.
Busana Kontingen Indonesia yang melakukan defile pada Upacara Pembukaan ASEAN Para Games 2023 Kamboja itu bertemakan "Sparkling Archipelago", yaitu tema yang menggambarkan keragaman budaya Tanah Air di panggung olahraga terbesar Asia Tenggara.
Tak hanya baju adat dari Sumatera dan Kalimantan yang dipertontonkan, ada pula pakaian daerah dari Sulawesi, adat Bali, hingga busana daerah Papua. Ragam busana itu sepenuhnya menggunakan warna merah, putih, dan emas sebagai warna identitas negara Indonesia.
Upacara Pembukaan ASEAN Para Games ke-12 di Stadion Nasional Morodok Techo Phnom Phen Kamboja pun menyajikan pertunjukan seni nan megah memadukan antara seni musik dan tarian tradisional dan modern yang menghibur.
Gegap gempita yang ditampilkan menggambarkan semangat yang begitu menggebu-gebu untuk memulai pesta olahraga penyandang disabilitas terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Emas pertama Indonesia
Sebelum kompetisi olahraga penyandang disabilitas tingkat ASEAN itu secara resmi dibuka, Indonesia sudah mengamankan medali emas pertama lewat cabang olahraga para-bulu tangkis dari nomor beregu putra pada Sabtu (3/7).
Pada pertandingan final nomor beregu putra tersebut, Indonesia mengalahkan Malaysia dengan skor 2-1.
Tunggal putra Indonesia Fredy Setiawan kalah pada laga pertama dari tunggal putra Malaysia Mohamad Amin lewat rubber game dengan skor 19-21, 21-19, 21-18.
Pada laga kedua, Hari Susanto dan Hafizh Briliansyah berhasil menyamakan kedudukan menjadi 1-1 saat menang melawan Muhamad Jaafar dan Muhammad Anuar dengan skor 21-12 , 21-16.
Selanjutnya di partai ketiga, tunggal putra Indonesia Dhevaa Anrimusthi memenangkan laga secara meyakinkan dengan skor 21-13, 21-8 atas Amyrul Yazid untuk mengalahkan Malaysia dengan skor 2-1 serta mempersembahkan medali emas pertama bagi Indonesia pada ajang ASEAN Para Games 2023.
Chef de Mission (CdM) Kontingen Indonesia untuk ASEAN Para Games 2023 Andi Herman menyebut medali emas pertama kontingen Indonesia dari tim beregu putra para-bulu tangkis dapat menjadi semangat, pemicu dan pemacu atlet Indonesia lainnya meraih hasil yang sama.
Raihan emas pertama tersebut menjadi spesial lantaran telah didapatkan bahkan sebelum ajang olahraga itu resmi dibuka.
CdM bersama para ofisial dan para suporter Indonesia menyaksikan sendiri bagaimana perjuangan para pahlawan bangsa untuk mengharumkan Indonesia di kancah internasional tidak dilakukan dengan mudah.
Emas pertama Indonesia didapat dari kegagalan pada laga pertama, namun para atlet dengan keterbatasan itu tidak punya kata menyerah sehingga bisa membalas di laga kedua dan mengunci emas pertama pada partai ketiga.
"Kondisi sekarang semua atlet kita sudah on fire (siap berlaga)," kata Andi.
Harapannya, emas pertama dari para-bulu tangkis beregu putra menjadi pembuka tambang medali emas bagi Indonesia pada hari-hari berikutnya.
Berita Terkait
Apresiasi atlet ASEAN Para Games dipastikan setara dengan SEA Games
10 Juni 2023 09:44
ASEAN Para Games resmi ditutup, Kamboja serahkan estafet ke Thailand
9 Juni 2023 22:16
Melihat kuasa Tuhan bekerja
9 Juni 2023 20:44
Orang-orang di sekeliling atlet para games
9 Juni 2023 13:08
Menpora: Bonus ASEAN Para Games naik dibanding tahun lalu
8 Juni 2023 22:38