Koba, Babel, (ANTARA) - Ketua DPRD Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Me Hoa menyatakan bahwa Kota Koba dibangun dengan semangat akulturasi budaya.
"Kota Koba ini dibangun dengan semangat kebersamaan dan persatuan berbagai unsur kebudayaan yang berbeda (akulturasi)," katanya di Koba, Rabu.
Me Hoa mengatakan itu menyikapi HUT ke-169 Kota Koba yang jatuh pada 1 Agustus 2023 dan lini masa sejarah kota tersebut dengan perpaduan suku dan budaya.
"Masyarakat Koba sangat pluralisme, menjunjung tinggi dan menghargai perbedaan namun tetap hidup rukun serta damai dengan menghormati perbedaan tersebut," ujarnya.
Bahkan kata dia berdasarkan catatan sejarah terdapat dua versi terkait asal-usul Kota Koba yang menggambarkan bahwa kota ini lahir atas dasar semangat pluralisme dan akulturasi budaya.
"Terdapat dua versi asal-usul Kota Koba, dimana versi pertama mengatakan bahwa kata Koba berasal dari sebuah kapal China pada masa awal penambangan timah dan kemudian berlabuh di Sungai Berok," ujarnya.
Kemudian versi kedua kata dia kata Koba berasal dari nama pohon asam yang berbuah besar (bulat seperti mangga).
"Karena asam tersebut banyak ditemukan di perkampungan penduduk, maka kampung ini disebut dengan Kampung Koba," jelasnya.
Namun demikian, kata Me Hoa yang pasti kenyataan saat ini Koba dihuni oleh penduduk dari berbagai suku, agama dan etnis yang hidup rukun serta damai secara temurun, terlepas dari dua versi yang berbeda terkait asal-usul Kota Koba itu.
"Justru itu, dengan hari jadi Kota Koba ke-169 tersebut diharapkan menjadi momentum untuk terus menjaga kerukunan antar umat beragama, menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi budaya," ujarnya.