Koba, Babel, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, memperkuat peranan tim percepatan penurunan stunting (TPPS), untuk terus menekan angka kasus stunting.
"TPPS ini sudah kita bentuk hingga ke tingkat desa, sudah dikeluarkan surat keputusan (SK) dan gebrakan mereka sangat kita harapkan untuk mencegah stunting," kata Sekretaris Daerah Pemkab Bangka Tengah Sugianto di Koba, Rabu.
Sugianto menjelaskan, bahwa TPPS sudah menggelar rapat koordinasi dalam rangka menjabarkan dan mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan.
"Berbagai gebrakan kita lakukan, mulai dari pembentukan TPPS melalui perbup maupun SK, penganggaran, hingga dengan sejumlah kegiatan untuk percepatan penurunan stunting," ujarnya.
Sugianto menjelaskan, program penurunan stunting adalah program pemerintah dari tingkat pusat sampai ke daerah yang tertuang dalam target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 Pemerintah Republik Indonesi (RI) dan menjadi salah satu program prioritas.
"Kita memang memperkuat peranan TPPS dalam menjalankan program penanggulangan stunting, mulai dari memperhatikan gizi dan sanitasi masyarakat," ujarnya.
Sugianto mengatakan, keterlibatan lintas sektoral sangat dibutuhkan dalam pencegahan stunting di daerah itu yang sampai saat ini masih berada di angka 21 persen.
"Target penurunan angka stunting di Bangka Tengah minimal sama dengan target nasional yaitu 14 persen, dan penurunan sebanyak 7 persen menjadi pekerjaan rumah kita bersama,” ujarnya.
Pemkab Bangka Tengah menetapkan 13 desa menjadi lokus stunting yaitu dua desa di Kecamatan Lubuk Besar (Desa Kulur Ilir dan Lubuk Pabrik), satu desa di Kecamatan Namang (Desa Belilik), dua desa di Pangkalanbaru (Desa Tanjung Gunung dan Desa Batu Belubang) dan delapan desa di Kecamatan Sungaiselan (Desa Sungaiselan Atas, Sungaiselan, Tanjung Pura, Romadhon, Sarang Mandi, Kerantai, Keretak, Melabun).
“Prevalensi stunting yang tinggi di Kecamatan Sungaiselan ini, memang sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayahnya seperti sanitasi yang buruk dan kurangnya perilaku hidup sehat," ujar Sugianto.