Moskow/Kiev (Antara Babel) - Pilot militer Ukraina Nadiya Savchenko tiba di kampung halamannya di Kiev, Rabu, setelah hampir dua tahun di penjara Rusia, sebagai bagian dari pertukaran tahanan dengan dua warga Rusia, yang ditahan di Ukraina dipulangkan ke Moskow.
Penyerahan Savchenko, yang diminta dibebaskan oleh pemerintahan Barat dan menjadi pahlawan nasional di Ukraina, diperkirakan menurunkan ketegangan Moskow dengan Barat, beberapa pekan sebelum Uni Eropa memutuskan perpanjangan sanksi terhadap Rusia.
"Pesawat kepresidenan dengan pahlawan Ukraina Nadiya Savchenko telah mendarat," kata Presiden Ukraina Petro Poroshenko dalam akun Twitternya.
Di Moskow, jurubicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa Savchenko yang saat berada dalam penjara Rusia terpilih sebagai anggota parlemen Ukraina, diberi pengampunan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, sehingga ia bisa keluar penjara dan pulang.
Peskov mengatakan bahwa dua warga Rusia, Alexander Alexandrov dan Yevgeny Yerofeyev, sekarang sudah pulang ke Rusia dan mendarat di bandara Vnukovo di Moskow dengan penerbangan khusus dari Kiev.
Ukraina menuduh mereka sebagai pasukan khusus Rusia yang berperang di Ukraina timur, meskipun Moskow tidak pernah mengakui bahwa keduanya mengikuti perintah mereka.
Perlawanan
Savchenko, pilot militer, secara sukarela bergabung untuk bertempur dengan unit darat melawan pembangkang pro-Moskow yang melawan pemerintahan Kiev di Ukraina timur.
Ia ditangkap dan disidang di Rusia selatan, dengan dakwaan terlibat dalam kematian jurnalis Rusia yang tewas akibat senjata berat saat meliput konflik tersebut.
Ia dituduh bertindak sebagai pengintai, mengarahkan tembakan yang menewaskan para jurnalis itu. Namun ia membantah tuduhan itu.
Pengadilan Rusia pada Maret menjatuhkan hukuman 22 tahun penjara. Di Ukraina ia dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap Rusia, persepsi yang didukung oleh sikap penentangannya di pengadilan selama sidang.
Pada satu titik, ia menyela hakim yang tengah membacakan vonis dengan berdiri di bangku dan menyanyikan lagu kebangsaan Ukraina dengan suara tinggi.
Yerofeyev dan Alexandrov mengatakan kepada Reuters dalam wawancara tahun lalu bahwa mereka adalah tentara pasukan khusus Rusia yang ditangkap saat melaksanakan operasi rahasia di Ukraina timur.
Ibu Alexandrov, Zinaida mengatakan kepada Reuters melalui telepon pada Rabu, "Saya gembira, sangat gembira. Saya harap semuanya baik-baik saja untuk dia, saya sungguh ingin melihatnya."
Hubungan Rusia dengan negara tetangganya Ukraina memburuk sejak pemberontakan pada 2014 memaksa keluar pemimpin Ukraina yang didukung Moskow, Viktor Yanukovich dan membentuk pemerintahan yang pro-Barat.
Rusia kemudian mencaplok Semenanjung Krimea. Moskow mengatakan mereka melindungi populasi setempat yang berbahasa Rusia, dari penganiayaan oleh otoritas baru di Kiev, namun pemerintah Barat menyebutnya sebagai pengambilan tanah secara ilegal dan memberlakukan sanksi terhadap Moskow.
Setelah itu, pembangkang pro-Moskow memulai pemberontakan bersenjata di kawasan Donbass di Ukraina timur, kawasan yang kebanyakan dihuni masyarakat berbahasa Rusia.
Pertempuran antara pemberontak dan pasukan Ukraina telah menewaskan ribuan orang.
Gencatan senjata yang rentan sudah diberlakukan sejak tahun lalu, namun tidak ada penyelesaian permanen atas konflik tersebut.