Pangkalpinang (ANTARA) - Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Bangka Belitung (UBB) yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) telah meneliti model penyebaran kondisi brain fog pada penyintas Covid-19 di Kota Pangkalpinang.
"Brain fog" atau kabut otak merupakan salah satu gejala Long Covid yang kasusnya cukup jamak terjadi. Brain fog merupakan istilah umum untuk menggambarkan konstelasi gangguan fungsi kognitif seperti kebingungan, kehilangan memori jangka pendek, pusing, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi (Taquet et al., 2021).
Penelitian yang dilakukan oleh empat mahasiswa UBB (Dhiti Wahyuni (Jurusan Matematika), Nurul Janah (Jurusan Matematika), Ahmad Zikri Qisai (Jurusan Matematika) dan Hety Estora (Jurusan D3 Keperawatan) dengan dosen pembimbing Ibu Ririn Amelia, S.T., M.Si dilatarbelakangi oleh munculnya wabah pandemi Covid-19 yang memberikan banyak dampak negatif bagi kehidupan manusia termasuk pada penyintas Covid-19.
Hasil studi yang menggunakan data dari 56 negara menunjukkan bahwa 31 persen penyintas Covid-19 mengalami brain fog. Adanya penelitian kondisi brain fog pada penyintas Covid-19 di Kota Pangkalpinang, dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran kondisi brain fog di Kota Pangkalpinang. Data yang digunakan adalah kondisi kesehatan para penyintas Covid-19 yang diperoleh melalui kuesioner dngan metode web studi cross-sectional.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa gejala brain fog yang paling sering dialami oleh penyintas Covid-19 di Kota Pangkalpinang adalah gejala cepat lelah dengan persentase sebesar 30,7 persen.
Persentase brain fog pada penyintas Covid-19 pada usia tidak produktif lebih besar dibandingkan persentase brain fog pada usia produktif. Walaupun penyintas Covid-19 sudah melakukan vaksin hingga 3 kali, namun penyintas Covid-19 masih mengalami gejala brain fog.
Setelah dilakukan analisis spasial menggunakan tiga model semivariogram dan berdasarkan hasil kriging diperoleh bahwa titik lokasi yang diduga cenderung banyak mengalami gejala brain fog yaitu Kelurahan Gabek Dua pada posisi teratas, disusul dengan Kelurahan Gabek Satu dan Kelurahan Kacang Pedang.
Menurut Dhiti Wahyuni sebagai ketua tim penelitian, menyebutkan bahwa “Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi tenaga kesehatan dan pemerintah agar dapat memantau dan memberikan edukasi Kesehatan pada penyintas Covid-19 di Kota Pangkalpinang, khususnya yang berkaitan dengan brain fog.”
Penelitian yang dibimbing oleh Ibu Ririn Amelia, S.T., M.Si ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau informasi kepada pemerintah jika hendak melakukan sosialisasi kesehatan pasca covid, khususnya mengenai dampak dari long covid ini.
Edukasi bisa saja dimulai dari Kelurahan Gabek Dua, Gabek Satu dan Kacang Pedang. Hal ini dimaksudkan agar edukasi kesehatan pasca covid-19 dapat tepat sasaran.
Program PKM-RE ini merupakan salah satu program hibah yang setiap tahun diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi khusus untuk mahasiswa di seluruh Indonesia. Dengan adanya program PKM-RE ini juga diharapkan mahasiswa menjadi semangat untuk peduli dengan meneliti mengenai lingkungan sekitar. Harapannya apa yang dilakukan mahasiswa dapat bermanfaat untuk masyarakat.
Penulis: Ririn Amelia
Dosen Universitas Bangka Belitung
Berita Terkait
Pakar beri catatan soal kemungkinan kotak kosong menang di dua daerah
29 November 2024 10:17
Forkopindo ajak akademisi dari 28 perguruan tinggi mengenal tambang alufial di Bangka Belitung
25 November 2024 18:52
UBB pecahkan rekor baru dalam wisuda ke-32
20 November 2024 19:58
Pemkab Bangka libatkan mahasiswa tingkatkan kesejahteraan lanjut usia
19 November 2024 19:21
HIMKA UBB tingkatkan kemampuan masyarakat Namang perluas pasar madu Pelawan lewat program bina desa
21 Oktober 2024 14:23
Meningkatnya angka putus sekolah karena kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pendidikan
18 Oktober 2024 10:46
Mahasiswa Fakultas Hukum UBB kunjungi panti asuhan: Menabung kebaikan berbagi keceriaan
10 Oktober 2024 22:20