Gaza/Tel Aviv (ANTARA) -
Jeda tujuh hari, yang dimulai pada 24 November dan diperpanjang dua kali, memungkinkan terjadinya pertukaran puluhan sandera yang ditahan di Gaza dengan ratusan tahanan Palestina dan memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan ke jalur pantai yang telah luluh lantak.
Satu jam sebelum gencatan senjata berakhir pada pukul 7 pagi (12.00 WIB), Israel mengatakan pihaknya mencegat sebuah roket yang ditembakkan dari Gaza.
Sirene peringatan roket terdengar lagi di wilayah Israel dekat Gaza hanya beberapa menit sebelum batas waktu, kata militer negara Zionis itu.
Padahal, belum ada komentar langsung dari Hamas atau pihak yang mengaku bertanggung jawab atas peluncuran tersebut. Media Palestina melaporkan serangan udara dan artileri Israel di wilayah kantong tersebut setelah gencatan senjata berakhir, termasuk di Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir.
Militer Israel berdalih bahwa jet-jet tempur mereka menyerang sasaran Hamas di Gaza.
Gambar di media sosial menunjukkan kepulan asap hitam membubung di atas kamp pengungsian Jabalia yang padat di Gaza.
Israel telah bersumpah untuk memusnahkan Hamas, yang menguasai Gaza, sebagai tanggapan atas amukan kelompok militan tersebut pada 7 Oktober, ketika Israel mengatakan orang-orang bersenjata membunuh 1.200 orang dan menyandera 240 orang.
Israel membalas dengan pemboman hebat dan invasi darat. Otoritas kesehatan Palestina yang datanya dipercaya oleh PBB mengatakan lebih dari 15.000 warga Gaza telah dipastikan tewas.
Serangan itu mengabaikan upaya Qatar dan Mesir yang telah melakukan upaya intensif untuk memperpanjang gencatan senjata setelah pertukaran delapan sandera dan 30 tahanan Palestina pada Kamis.
Israel sebelumnya menetapkan pembebasan 10 sandera sehari sebagai jumlah minimum yang dapat diterima untuk menghentikan serangan darat dan pemboman.
Pembebasan Kamis ini membuat total orang yang dibebaskan selama gencatan senjata menjadi 105 sandera dan 240 tahanan Palestina.
Di antara mereka yang dibebaskan adalah enam wanita berusia 21 hingga 40 tahun termasuk satu warga negara berkewarganegaraan ganda Meksiko-Israel dan Mia Schem, 21 tahun, yang memiliki kewarganegaraan Prancis dan Israel.
Foto-foto yang dirilis oleh kantor perdana menteri Israel menunjukkan Schem, yang ditangkap oleh Hamas bersama dengan orang lain di sebuah festival musik luar ruangan di Israel selatan pada 7 Oktober, tengah memeluk ibu dan saudara laki-lakinya setelah mereka dipertemukan kembali di pangkalan militer Hatzerim di Israel.
Dua sandera lainnya yang baru dibebaskan adalah kakak beradik, Belal dan Aisha al-Ziadna, masing-masing berusia 18 dan 17 tahun, menurut kantor perdana menteri Israel. Mereka adalah warga Arab Badui di Israel dan di antara empat anggota keluarga mereka yang disandera saat mereka sedang memerah susu sapi di sebuah peternakan.
Sumber: Reuters
Berita Terkait
Warga Palestina harapkan gencatan senjata juga terjadi di Gaza
30 November 2024 19:06
Hamas serukan kemarahan dunia untuk hentikan genosida Israel di Gaza
29 November 2024 16:51
Semua negara Uni Eropa diwajibkan tangkap Netanyahu
29 November 2024 10:06
Hamas sebut sandera tewas di Gaza akibat gencarnya serangan Israel
24 November 2024 13:10
PBB keluhkan Israel yang hanya izinkan sepertiga bantuan masuk Gaza
23 November 2024 17:16
RI sesalkan gagalnya DK PBB sahkan resolusi gencatan senjata di Gaza
21 November 2024 22:12
Potret Timur Tengah: Pengungsi Palestina di Jalur Gaza bertahan hidup
18 November 2024 13:33