Pangkalpinang (ANTARA) - Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) melakukan sosialisasi Bursa CPO di Pekanbaru, Riau. Kegiatan yang dilakukan bersama dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) ini, berlangsung pada Rabu, 29 Mei 2024, dan diikuti oleh para pengusaha kelapa sawit di provinsi Riau.
Direktur ICDX, Yugieandy T Saputra dalam keterangan rilis yang diterima di Pangkalpinang, Rabu (29/5) mengatakan, kegiatan sosialisasi ini merupakan bagian dari peran ICDX sebagai Self Regulatory Organization (SRO) dalam perdagangan pasar fisik CPO dan aebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam mengimplementasikan perdagangan CPO melalui bursa.
"Kami telah menyiapkan infrastruktur perdagangan fisik CPO ini sesuai dengan harapan pemerintah, serta memberikan kemudahan bagi para pelaku CPO di Indonesia," ujarnya.
Kegiatan yang di lakukan di Pekanbaru ini merupakan langkah menjemput bola, dikarenakan provinsi Riau memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia.
"Sebelumnya, kami juga telah melakukan sosialisasi di berbagai daerah yang menjadi sentra Perkebunan kelapa sawit," ujarnya.
Ia juga berharap dengan adanya sosialisasi ini, para pelaku kelapa sawit kedepan dapat memanfaatkan bursa sebagai tempat perdagangan pasar fisik CPO, yang pada akhirnya akan mampu mewujudkan cita-cita pemerintah untuk membentuk harga CPO di Indonesia serta harga acuan CPO untuk ekspor.
"Sampai dengan saat ini, telah masuk 49 perusahaan yang menjadi anggota bursa CPO di ICDX," ungkap Yugieandy.
Terkait sentra perkebunan kelapa sawit, data Kementerian Pertanian tahun 2023 menyebutkan provinsi Riau memiliki lahan kelapa sawit seluas 3,49 juta hektar, setara dengan 21% dari total luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia sebesar 16,83 juta hektar.
Dengan luasan tersebut, Riau menjadi provinsi yang memiliki kebon kelapa sawit terbesar di Indonesia. Di urutan kedua, provinsi Kalimantan tengah dengan luas 2,04 juta hektar, dan berikutnya Sumatera Utara dengan luas 2,02 juta hektar.
Bursa CPO Indonesia sendiri dibangun berlandaskan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK).
Bursa CPO merupakan upaya pemerintah untuk membentuk price discovery, sehingga tercipta harga acuan komoditas yang transparan melalui bursa berjangka. Dalam implementasinya, Bappebti telah memberikan persetujuan kepada ICDX untuk menjadi penyelenggara Bursa CPO pada bulan Oktober 2023.
Terkait pelaksanaan Bursa CPO ini, ICDX selaku penyelenggara pasar fisik CPO melalui bursa telah mengatur mekanisme perdaganganya, yaitu membagi perdagangan dalam 3 (tiga) sesi berdasarkan zona dan pelabuhan penyerahan yang ada.
Untuk Waktu Indonesia Bagian Barat, sesi 1 pada jam 10.00 – 10.50 WIB, sesi 2 pada jam 16.00 – 16.50 WIB, dan sesi 3 pada jam 20.00 – 20.50 WIB. Untuk Waktu Indonesia Bagian Tengah, Sesi 1 pada jam 09:00 – Jam 09:50 WIB, Sesi 2 pada jam 15:00 – 15:50 WIB, dan sesi 3 pada jam 19:00 – 19:50 WIB. Sedangkan untuk Waktu Indonesia Bagian Timur, Sesi 1 pada jam 08:00 –08:50 WIB; sesi 2 pada jam 14:00 – 14:50 WIB, dan Sesi pada jam 18:00 – 18:50 WIB.
Berita Terkait
Kontrak berjangka komoditas emas mendominasi transaksi multilateral di ICDX
6 November 2024 17:16
Bappebti dan ICDX sebut pentingnya kepatuhan perusahaan pialang berjangka
1 Oktober 2024 15:16
ICDX edukasi media tentang transaksi perdagangan emas di bursa komoditi
4 September 2024 21:46
Peringati HUT ke-15, ICDX tanam 15.000 mangrove di Pulau Bangka
24 Juni 2024 12:39
ICDX Group serahkan 2 ekor sapi untuk masyarakat Babel
18 Juni 2024 09:05
ICDX edukasi media tentang perdagangan berjangka komoditi
4 Juni 2024 21:13
ICDX bidik potensi pasar fisik CPO di Sumut
20 Mei 2024 17:11