Moskow (ANTARA) - Rusia menyerukan Amerika Serikat untuk menahan diri secara maksimal dalam hubungannya dengan Rusia mengingat masih adanya risiko konflik nuklir, kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov.
Ia mengatakan meningkatnya kontak dan dialog yang substantif membuat risiko "berada di tepi jurang konflik nuklir" tidak perlu dibesar-besarkan, meski upaya berkelanjutan tetap dibutuhkan.
"Risiko konfrontasi ini tetap ada dan belum terselesaikan. Banyak hal akan bergantung pada bagaimana pemerintahan Trump bertindak di masa depan," kata Ryabkov dalam wawancara yang disiarkan stasiun TV Rossiya-1 pada Jumat (26/12).
Rusia, kata dia, berharap pemimpin AS menunjukkan tingkat tanggung jawab tertinggi dalam hubungannya dengan Moskow, sebuah prinsip yang secara aktif didorong oleh Rusia.
"Kami menyampaikan pesan yang jelas lewat semua saluran: akhirnya, inilah saat untuk terlibat dalam perundingan yang sungguh-sungguh dan bermakna," kata Ryabkov.
Rusia mendesak Barat untuk tidak berspekulasi tentang kapan perang besar akan pecah, tetapi fokus pada langkah-langkah untuk mencegah perang tersebut.
"Saya lebih memilih tidak berspekulasi atau berteori tentang skenario terburuk," katanya. "Siapa pun yang berharap bisa mengalahkan Rusia dalam konflik terbuka yang melibatkan koalisi Barat di bawah panji NATO, sangat keliru."
Ryabkov juga memperingatkan mereka yang berusaha mengalahkan negara bersenjata nuklir.
"Secara definisi, hal itu mustahil dan merupakan jalan pasti menuju bencana," katanya.
Menurut Ryabkov, dalam beberapa tahun terakhir, Rusia menyoroti aktivitas NATO yang belum pernah terjadi sebelumnya di sepanjang perbatasan barat negara itu.
Pemerintah Rusia menyatakan mereka tidak mengancam siapa pun, tetapi tidak akan mengabaikan tindakan yang mengancam kepentingan nasionalnya.
Sumber: Sputnik/RIA Novosti
