Jakarta (ANTARA) -
Pada tahun 2024, KONI menjadwalkan PON yang ke-21 ini resmi digelar di Aceh-Sumatera Utara pada 8--20 September mendatang.
PON memiliki sejarah panjang di Indonesia karena merupakan cikal bakal ditetapkannya Hari Olahraga Nasional (Haornas) yaitu pada 9 September yang merupakan hari yang sama dengan diselenggarakannya PON pertama pada 1948 di Solo.
Sejarah singkat PON pertama
Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama digelar pada tahun 1948 dan hajatan pesta olahraga terbesar di Indonesia tersebut terjadi karena beberapa hal pada saat itu.
Pada tahun 1948, Indonesia tengah dilanda situasi yang tidak stabil karena masih bertikai dengan Belanda yang sebelumnya melakukan aksi agresi militer 1.
Di tengah ketidakstabilan negara ini, Indonesia juga harus menerima kenyataan tidak bisa mengirimkan atlet-atlet mereka ke Olimpiade London 1948.
Hal ini terjadi karena Inggris saat itu belum mengakui kemerdekaan Indonesia dan tidak bisa menerima paspor dari negara ini.
Selain itu, Inggris juga menawarkan Indonesia untuk menggunakan paspor Belanda agar bisa berlaga di Olimpiade 1948, namun pada akhirnya usulan tersebut ditolak.
Dihadapkan situasi yang tidak menguntungkan seperti ini, Indonesia akhirnya memilih langkah tegas dengan tidak berpartisipasi di Olimpiade 1948 dan membuat pesta olahraga sendiri di Indonesia.
Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) saat itu yang menerima kenyataan ini selanjutnya berencana membuat Pekan Olahraga Nasional pada 9--12 September 1948 di Surakarta.
Pada PON pertama ini, terdapat sembilan cabang yang dipertandingkan yaitu atletik, bola keranjang, bulu tangkis, tenis, renang, sepak bola, panahan, bola basket, dan pencak silat.
Tidak seperti PON tahun ini, gelaran pertamanya tidak bisa diikuti oleh semua atlet yang berasal dari Pulau Jawa akibat blokade yang diberlakukan oleh Belanda.
Tercatat ada 13 kontingen yang mengikuti gelaran PON 1948, yaitu Surakarta, Yogyakarta, Kediri, Bandung, Madiun, Magelang, Malang, Semarang, Pati, Jakarta, Kedu, Banyuwangi, dan Surabaya.
Pada akhir gelaran ini, Surakarta berhasil menjadi juara umum, disusul Yogyakarta di peringkat dua, dan Kediri di posisi ketiga.
Secara keseluruhan acara ini berjalan sukses dengan diikuti oleh 600 atlet yang memperebutkan 108 medali dan diperkirakan disaksikan sekitar 40 ribu penonton yang hadir di Stadion Sriwedari, Surakarta.
Perkembangan PON setelahnya
Setelah sukses menghelat gelaran pertama di Surakarta, PON pada akhirnya berkembang menjadi acara olahraga yang digelar setiap 4 tahun sekali walaupun pada tahun-tahun awal digelar tidak seperti itu.
Gelaran PON kedua diselenggarakan pada 1951 di Jakarta pada 21--28 Oktober 1951 dan pada 1953, tepatnya 20--27 September, Medan berkesempatan menjadi tuan rumah PON yang ketiga. Pada gelaran ini, Jawa Barat berhasil keluar sebagai juara umum.
Selanjutnya tercatat hingga saat ini, sudah ada total 19 PON yang sukses digelar di berbagai daerah di Indonesia dengan catatan PON Ke-6 di Jakarta tidak jadi dihelat menyusul pecahnya peristiwa G30S/PKI.
Setelah pada edisi sebelumnya digelar untuk pertama kali di Papua, kini PON edisi 21 untuk pertama kalinya digelar di dua provinsi, yaitu Aceh dan Sumatera Utara pada 8--20 September 2024 mendatang.
Pada edisi ke-21 tahun 2024 ini, untuk pertama kalinya PON diadakan di dua provinsi yaitu Aceh-Sumatera Utara setelah digelarnya Musyawarah Organisasi Nasional Luar Biasa (Musornaslub) KONI di Jakarta Selatan pada 24 April 2018.
Pada pemilihan tersebut, Provinsi Aceh-Sumatera Utara meraih total 24 suara dari 34 suara KONI Provinsi di seluruh Indonesia, sedangkan Provinsi Bali-NTB meraih delapan suara dan Provinsi Kalimantan Selatan meraih dua suara.
Ini merupakan pertama kalinya PON digelar di dua provinsi dan ke-4 kalinya dihelat di Pulau Sumatera setelah sebelumnya pada 1953 di Medan, 2004 di Sumatera Selatan, dan 2012 di Riau.
Gelaran PON 2024 ini juga sekaligus menjadi peringatan 20 tahun bencana tsunami yang terjadi di Aceh dan Sumatera Utara pada 26 Desember 2004 silam.
Di Provinsi Aceh, terdapat 10 kabupaten/kota yang akan dijadikan tempat penyelenggaraan yaitu Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur, Bener Meriah, Aceh Tengah, Aceh Barat, dan Aceh Tenggara.
Sementara itu, di provinsi Sumatera Utara, ada delapan kabupaten/kota yaitu Medan, Binjai, Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Pematang Siantar, dan Toba.
Pada PON 2024, untuk pertama kalinya akan ada 38 kontingen provinsi yang turut ambil bagian termasuk beberapa provinsi baru seperti Papua Barat Daya, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan Papua Tengah.
Dibanding dengan dengan edisi sebelumnya, terdapat penurunan jumlah dalam cabang olahraga yang dipertandingkan dan dilombakan setelah pada edisi ini ada 46, berbanding 56 pada edisi sebelumnya di Papua.
Logo dan maskot
Logo resmi PON Aceh-Sumut 2024 diluncurkan pada Sabtu, 29 Oktober 2023, dengan konsep dasar merupakan penggabungan dari elemen Rencong, Ulos Batak, Songket Melayu yang merupakan simbol kemegahan bagi rakyat Aceh dan Sumatera Utara dan 5 api obor PON yang menggambarkan 5 sukses PON, serta 3 cincin di bagian atas.
Pada logo PON 2024 terdapat 3 cincin yang bersatu. Mewakili 3 cincin di dalam logo KONI, sebagai wadah induk olahraga prestasi Indonesia. 5 api obor PON lambang 5 sukses PON, yaitu sukses penyelenggaraan, sukses prestasi, sukses pemberdayaan ekonomi rakyat, sukses administrasi, dan sukses pemanfaatan fasilitas pascapenyelenggaraan.
Maskot PON 2024 terdiri atas dua maskot yang mewakili masing-masing Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Maskot dari Provinsi Aceh adalah gajah putih yang bernama Po Meurah, sedangkan maskot PON 2024 dari Provinsi Sumatera Utara adalah harimau sumatera yang bernama Matra.
Dua satwa yang dijadikan maskot PON XXI itu juga menggambarkan kekuatan yang dimiliki setiap atlet yang berlaga di kompetisi olahraga paling akbar di negeri ini.
PON XXI Aceh Sumut 2024
Sejarah PON dan pertama kalinya digelar di dua provinsi
Jumat, 30 Agustus 2024 17:15 WIB