Washington (ANTARA) - Amerika Serikat pada Senin (23/9) mengumumkan pengiriman "sejumlah kecil" pasukan tambahan ke Timur Tengah, sementara Israel secara dramatis meningkatkan serangan udara ke Lebanon hingga memicu serangan balasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Hizbullah.
AS memiliki sekitar 40 ribu tentara yang ditempatkan di kawasan tersebut. Juru bicara Departemen Pertahanan AS (Pentagon) Mayjen Patrick Ryder tidak menyebutkan berapa banyak pasukan baru yang akan dikirim.
"Mengingat ketegangan meningkat di Timur Tengah dan sebagai bentuk kewaspadaan, kami mengirimkan sejumlah kecil personel militer AS tambahan untuk memperkuat pasukanyang sudah ada di kawasan tersebut," kata Ryder kepada wartawan, menurut berbagai laporan media.
"Saya tidak akan berkomentar atau memberikan informasi secara spesifik," katanya.
Pesawat-pesawat tempur Israel menggempur Lebanon selatan hingga utara sepanjang Senin, yang Israel sebut ditujukan untuk menyerang sasaran-sasaran Hizbullah.
Pihak berwenang Lebanon mengatakan sedikitnya 356 orang, termasuk 21 anak-anak, tewas dan 1.246 orang lainnya luka-luka akibat gempuran tersebut.
Ribuan orang terpaksa lari menyelamatkan diri.
"Agresi Israel ini merupakan sebuah skema yang ditujukan untuk menghancurkan desa-desa dan kota-kota Lebanon serta menghilangkan semua ruang terbuka hijau," kata Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati.
Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan tentara Israel mungkin menargetkan sejumlah desa Lebanon yang terletak hingga 80 kilometer dari perbatasan.
Secara terpisah, Hizbullau mengatakan pasukannya menembakkan puluhan roket ke Perusahaan Elektronik Rafael Israel, yang berada di utara Haifa, serta markas cadangan Korps Utara dan pangkalan logistik Galilee Formation di kamp Ami'ad.
Serangan itu adalah yang kedua kalinya dilakukan Hizbullah dalam menargetkan lokasi militer di Haifa, setelah sebelumnya menembakkan rudal ke kota itu pada Minggu (22/9).
Ketegangan antara Hizbullah dan Israel meningkat menyusul serangan mematikan pada Jumat (20/9) yang menewaskan sedikitnya 45 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, serta melukai puluhan orang di pinggiran Beirut.
Hizbullah mengonfirmasi bahwa sedikitnya 16 dari anggotanya, termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan tertinggi Ahmed Wahbi, tewas dalam serangan udara Israel.
Hizbullah dan Israel saling serang melintasi perbatasan sejak Israel melancarkan perang di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menyusul serangan lintas batas dari Hamas pada Oktober 2023.
Sumber: Anadolu