Manggar (ANTARA) - Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Beliadi mengungkapkan salah satu pertimbangan Hashim Djojohadikusumo membuka smelter timah di Batam karena daerah itu merupakan kawasan industri dan banyak pabrik-pabrik yang memakai produk hilirisasi timah dan memiliki pelabuhan bertaraf internasional yang siap mendukung suplai produk timah untuk dalam negeri dan luar negeri.
"Batam juga berbatasan dengan Kepulauan Riau yang dimana juga merupakan salah satu pulau yang menjadi penghasil timah. Dengan salah satu alasan ini Hashim Djojohadikusumo yang merupakan adik dari Presiden Republik Indonesia ini membuka smelter timah di Batam," kata Beliadi dalam rilis yang diterima di Manggar, Kamis.
Hal ini diungkapkan Beliadi menanggapi maraknya berita simpang siur tentang adik dari Presiden Prabowo Subianto, yaitu Hashim Djojohadikusumo selaku Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra dalam kabar pembukaan smelter timah di Batam yang banyak di salah artikan oleh sebagian orang.
Beliadi selaku Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diundang oleh Hashim Djojohadikusumo untuk menjelakan mengenai isu tentang pembukaan smelter tersebut. Dalam undangan tersebut Beliadi didampingi oleh Harwendo Adityo Dewanto.
Dan selaku kader partai, Beliadi mengaku bahwa dirinya wajib datang ke undangan tersebut mengingat Bapak Hashim selaku Ketua DPP dan juga Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra dan menghindari kabar keliru mengenai terkait perbukaan pabrik hilirisasi timah di Batam.
Beliadi mengungkapkan Hashim sudah sejak 4 tahun lalu ingin yang membuka pabrik hilirisasi timah di Bangka Belitung. "Tapi terkendala karena kita tidak punya kawasan industri, tidak punya pelabuhan yang memadai, listrik yang cukup dan infrastruktur yang memadai serta pertimbangan-pertimbangan bisnis strategis yang memadai untuk membuka suatu industri di Babel," kata Beliadi.
Beliadi melanjutkan bahwa setelah 3 tahun menunggu dan ditunda, permintaan dunia ternyata tidak bisa ditunda-tunda kalau tidak pasar di rebut negara lain, sehingga harus bergerak cepat menyesuaikan dengan permintaan pasar.
"Lalu diputuskan Pak Hashim membuka hilirisasi timah di Batam. Dengan pertimbangan yang pertama, di Batam itu infrastrukturnya semuanya lengkap. Dari pelabuhannya, kawasan industrinya, listrik , dan infraetruktur lang sudah lengkap," jelasnya.
Dia juga menyebut pabrik milik beliau ini juga membeli bahan baku balok timah dari salah satu smilter di sana, yakni PT Cipta Persada Mulia (CPM) di daerah Dabo Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga dan sudah kontrak bahkan sebenarnya belum ada rencana suplay balok timah dari Babel.
Beliadi menjelaskan dalam membuat hilirisasi timah ini, Hashim Djojohadikusumo juga rencanaya juga akan membeli balok timah dari luar negeri.
"Jadi misalkan begini, pada waktu kita mengirim produk hilirisasi timah ke luar negeri, kita di waktu tertentu kita juga bisa import timah balok dari Filipina, dari Brazil, Myanmar, China dan negara-negara penghasil timah lainnya. Jadi pertimbangannya itu juga, jadi pabrik ini, selain dari bisa jual produk dari hasil hilirisasi, dia juga beli bahan baku dari negara-negara lainnya, yang menjadi penghasil timah," katanya.
Beliadi mngatakan investor tidak mungkin berani investasi sampai Rp1 triliun kalau sumber bahan bakunya hanya dari satu sumber karena bahaya. "Begitu tidak dapat suplay dari satu ini berhenti operasional pabrik. Ini juga yang menjadi pertimbangan, Dan saat kita mau impor bahan baku timah dari luar negeri kalau tujuanya Babel cukup sulit, karena alasan di atas tadi," Kata Beliadi.