Lebak (ANTARA) - Tokoh masyarakat Banten Chalid Miqdar menilai Syekh Nawawi al Jawi al Bantani asal Tanara Kabupaten Serang sangat layak menjadi pahlawan nasional, karena dedikasinya sebagai cendekiawan Muslim yang mengobarkan semangat Kemerdekaan RI melalui murid-muridnya.
"Kami berharap pemerintah dapat mengangkat Syekh Nawawi al -Jawi al- Bantani sebagai pahlawan nasional," kata Chalid saat dihubungi di Lebak, Kamis.
Syekh Nawawi yang lahir pada 1815 Masehi atau 1230 Hijriyah bukan hanya milik bangsa Indonesia saja, tetapi sudah milik dunia.
"Beliau sangat produktif menulis 115 kitab bidang fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, hadits hingga mendapat gelar Sayyidul Hijaz dan telah mencapai posisi intelektual terkemuka di Timur Tengah," katanya.
Selain itu juga karya - karya Syekh Nawawi melalui kitab karangannya mencetak ribuan ulama Indonesia, bahkan kini digunakan referensi di berbagai pesantren di tanah air.
Oleh karena itu, Syekh Nawawi tidak diragukan lagi untuk mendapatkan penghargaan pahlawan nasional.
Perjuangan beliau juga sudah jelas dari gerakan-gerakan perjuangannya melawan penjajah melalui buku "Pemberontakan Petani Banten 1888" yang merupakan bagian ketokohan cendikiawan Syekh Nawawi dan aktivis pamannya sendiri.
Ia menggabungkan dua kelompok besar yakni tarekat Naqsyabandiyah dan Qodariyah melakukan perlawanan terhadap penjajah sangat dahsyat.
Syekh Nawawi sebagai cendikiawan melalui karangan bukunya dibaca para pejuang sehingga tidak diragukan lagi beliau sebagai tokoh nasional dan tokoh pejuang.
Meskipun perjuangan Syekh Nawawi itu tidak dalam bentuk revolusi fisik melakukan perlawanan terhadap kolonialisme, namun ia melalui pendidikan agama Islam mengajarkan kepada murid-muridnya ketika berada di Mekkah selalu memberikan pendampingan terhadap beberapa muridnya dari Indonesia dengan keluhuran keilmuannya untuk memantik dan memberikan semangat kemerdekaan.
Bahkan, dua muridnya mendirikan organisasi Islam terbesar, seperti KH Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah.
"Kedua muridnya itu sudah diangkat pemerintah sebagai pahlawan nasional atas perjuangan melawan penjajah itu," kata Chalid Migdar.