Manggar, Babel (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menargetkan prevalensi stunting sebesar 13,3 persen pada 2025 atau turun dari target tahun sebelumnya sebesar 14 persen.
"Untuk mencapai target itu harus bekerja sama dan sama-sama bekerja, tidak bisa bekerja sendiri," kata Sekretaris Daerah Pemkab Belitung Timur Mathur Noviansyah dalam rapat koordinasi evaluasi penurunan kasus stunting di Manggar, Rabu.
Mathur meminta tim percepatan penurunan angka stunting lebih meningkatkan perannya, bekerja dengan penuh kreatif dan inovatif.
"Karena adanya pembatasan anggaran ini kita dituntut kreatif dan inovatif. Swasta bantu lewat dana tanggung jawab sosial (CSR) dan pemerintah desa juga wajib mengalokasikan dana khusus untuk membantu penanganan stunting,” ujar Mathur.
Pemkab Belitung Timur mendukung dan menjalankan seluruh program pemerintah pusat dalam upaya penurunan stunting.
Namun, semua itu, kata dia, tidak akan berjalan efektif tanpa adanya dukungan dari seluruh pihak, baik pemerintah, swasta, tokoh masyarakat, tenaga pendidik, dan orang tua.
"Karena objeknya adalah masyarakat, peran serta masyarakat itu sangat penting dalam rangka menyukseskan program pemerintah,” kata Mathur.
Berbagai program, kata Mathur, sudah dijalankan untuk mengatasi masalah stunting, termasuk menjalankan program gerakan orang tua asuh cegah stunting (Genting).
"Prevalensi stunting ini menggambarkan seberapa besar masalah stunting di suatu wilayah atau kelompok masyarakat pada waktu tertentu," ujarnya.
Ini merupakan indikator penting dalam kesehatan masyarakat, karena berhubungan dengan perkembangan otak, produktivitas, dan kesehatan jangka panjang.
"Stunting biasanya diukur pada anak-anak usia di bawah lima tahun (balita) dan ditentukan jika tinggi badan mereka berada di bawah minus dua standar deviasi dari median standar pertumbuhan anak World Health Organization (WHO)," katanya.