Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menekankan pentingnya pola pengasuhan yang optimal dengan memberi teladan untuk mencegah anak menjadi korban kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah, dan penelantaran.
"Akar masalah kekerasan terhadap anak adalah masalah pengasuhan orang tua atau pengasuh pengganti yang tidak optimal. Pengasuh kalau di rumah adalah orang tua atau pengganti orang tua, di sekolah adalah guru, orang tua murid, pegawai sekolah, dan di lingkungan ada pengasuhan komunitas," kata Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak KemenPPPA Pribudiarta Nur Sitepu saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Hal ini dikatakannya menanggapi video rekaman yang memperlihatkan di sebuah ruangan kelas, beberapa siswa sekolah dasar berjoget dengan diiringi musik organ tunggal, lalu salah satu siswa menyawer uang kepada penyanyi perempuan.
Menurut dia, pengasuhan harus memberikan keteladanan bagi anak.
"Bila salah satu stakeholder misalnya dalam kasus ini terjadi di sekolah, maka lingkungan sekolah dan seluruh stakeholder-nya menjadi lingkungan yang berbahaya atau menjadi contoh yang berbahaya untuk anak," kata Pribudiarta Nur Sitepu.
Dikatakannya, pengasuhan anak bukan tanggung jawab orang tuanya semata, melainkan dibutuhkan peran keluarga besar, sekolah, lingkungan untuk bersama-sama mendidik, membina, melindungi anak tersebut secara tepat.
"Karenanya mengasuh satu anak membutuhkan satu kampung, satu provinsi, atau satu Indonesia untuk menghindarinya dari kekerasan, eksploitasi, perlakuan salah dan penelantaran," kata Pribudiarta Nur Sitepu.
Sebelumnya, beredar di media sosial sebuah video rekaman yang memperlihatkan beberapa siswa sekolah dasar berjoget dengan diiringi musik organ tunggal, lalu salah satu siswa menyawer uang kepada penyanyi perempuan.
Peristiwa terjadi di sebuah ruangan kelas di sekolah dasar negeri di Kabupaten Tulungagung Jawa Timur saat acara perpisahan kelas.