Jakarta (Antara Babel) - Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia tidak menemukan nama Siti Aisyah, yang saat ini
tersandung tuduhan kasus pembunuhan di Malaysia, dalam daftar nama
Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia.
"Berdasarkan pengecekan di database BNP2TKI tidak ditemukan nama
Siti Aisyah sebagai Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia,"
kata Kepala BNP2TKI Nusron Wahid dalam keterangan pers di Jakarta,
Jumat.
Nusron mengatakan belum diperoleh informasi lengkap mengenai kapan
Siti Aisyah, apa yang dilakukannya di Malaysia dan bagaimana sampai
disangka terlibat dalam pembunuhan warga Korea Utara karena KBRI Kuala
Lumpur belum mendapatkan akses kekonsuleran untuk bertemu Siti Aisyah.
Akses kekonsuleran biasanya diberikan setelah satu pekan setelah
masa siasatan atau pemeriksaan oleh otoritas Malaysia, kata Nusron.
"Saat ini kita masih menunggu tuduhan yang dikenakan kepada Siti Aisyah karena masih dalam proses siasatan," kata Nusron.
Nusron memastikan Pemerintah Indonesia akan memberikan bantuan
hukum kepada Siti Aisyah apapun status dia di Malaysia, apakah sebagai
TKI atau WNI yang sedang berkunjung ke Malaysia.
KBRI di Kuala Lumpur memiliki dua tim pengacara yang mempunyai
tugas memberikan pembelaan hukum kepada WNI yang menghadapi masalah
hukum di Malaysia, kata Nusron.
Bahkan salah satunya khusus diperuntukkan untuk melakukan pembelaan
hukum terhadap WNI yang dituduh melakukan tindak pidana dengan ancaman
hukuman mati seperti pembunuhan, pemilikan senjata api secara ilegal,
penculikan dan perdagangan narkotika, kata dia.
Sebelumnya, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian
Luar Negeri Muhammad Iqbal mengonfirmasi bahwa salah satu tersangka
kasus pembunuhan pria asal Korea Utara di Malaysia tersebut adalah
wanita berwarga negara Indonesia.
KBRI di Kuala Lumpur terus berkoordinasi dengan pemerintah setempat
Malaysia terkait kasus pembunuhan saudara tiri Presiden Korea Utara Kim
Jong-un yang bernama Kim Jong Nam tersebut.
Polisi Malaysia menangkap Siti Aisyah dan menemukannya memegang paspor Indonesia.
Kepala Satuan Diraja Polisi Malaysia, Inspektur Jenderal Polisi Tan
Sri Khalid Abu Bakar, sebagaimana dikutip The Star, Kamis, mengatakan
wanita dengan paspor Indonesia itu ditangkap Kamis pada pukul 02.00
waktu setempat.
"Berdasarkan paspor tersebut, dia berasal dari Serang di Indonesia.
Dia diidentifikasi berdasarkan rekaman CCTV di bandara dan sendirian
pada saat penangkapan," katanya.
Tanggal lahir di paspor yang dibawa perempuan itu terdaftar 11 Februari 1992.
Sebelumnya, Jong-nam (45) dibunuh oleh dua perempuan yang memercik
wajahnya dengan bahan kimia di terminal keberangkatan Bandara
Internasional Kuala Lumpur 2, Senin (13/2) sekitar pukul 09.00. Dia akan
berangkat ke Makau.
Kedua perempuan itu kemudian masuk ke taksi dan melarikan diri.
Salah satu perempuan ditangkap di bandara pada Rabu (15/2) saat mencoba
keluar dari Malaysia dengan menggunakan pesawat.
Perempuan satunya berusia 29 tahun dan memegang dokumen perjalanan Vietnam dengan nama Doan Thi Huong.
Berita Terkait
Nusron Wahid jadi Menteri ATR dan Ossy Dermawan jadi wamen
21 Oktober 2024 00:49
Pansus angket haji DPR sepakati Nusron Wahid jadi ketua
19 Agustus 2024 15:57
Nusron yakin Ma'ruf Amin tak langgar aturan kampanye
9 Oktober 2018 17:24
DPR: Nusron Harus Mundur Dari Kepala BNP2TKI
20 September 2016 11:20
Presiden Jokowi: Pembebasan Siti Aisyah merupakan proses panjang
11 Maret 2019 18:35
Pemerintah Indonesia siapkan strategi baru untuk membela Siti Aisyah
10 Desember 2018 14:45
Pengacara Yakin Siti Aisyah Bebas
14 Agustus 2018 21:09