Frankfurt/Paris (Antara Babel) - Calon presiden Prancis berhaluan tengah dan independen yang disebut calon terkuat pemenang Pemilu esok, Emmanuel Macron, tiba-tiba terkena masalah seperti dulu dialami oleh mantan calon presiden Amerika Serikat Hillary Clinton.
Hillary kalah dalam Pemilu AS November tahun silam setelah beberapa hari sebelum pemungutan suara diganya publikasi media massa atas pembocoran emailnya yang diretas kelompok tertentu. Kini, peretasan email serupa dialami Macron di Prancis.
Jumat waktu Prancis, tim kampanye Macron mengungkapkan bahwa mereka telah menjadi sasaran peretasan komputer besar-besaran yang membobol sistem email mereka yang terjadi hanya 1,5 hari menjelang pemungutan suara untuk memilih Macron atau lawannya dari ekstrem kanan, Marine Le Pen.
Dalam beberapa hari ini Macron terus mengungguli Le Pen dalam berbagai jajak pendapat menjelang pemungutan suara esok Minggu.
Sebanyak 9 gigabyte data telah diposting sebuah profil bernama EMLEAKS kepada Pastebin yang merupakan situs yang membolehkan dokumen-dokumen anonim disebarluaskan.
Belum jelas benar siapa yang bertanggung jawab atas posting data atau apakah data itu asli. Namun Gerakan politik Macron bertitel En Marche! (Maju) memastikan telah diretas.
"Gerakan En Marche! menjadi korban peretasan besar-besaran dan terkoordinasi malam ini sehingga telah disebarluaskan ke media sosial berbagai informasi internal," kata gerakan itu seperti dikutip Reuters.
Kementerian dalam negeri Prancis menolak mengomentari klaim ini karena pemerintah dilarang mengeluarkan pernyataan karena ditakutkan bakal mempengaruhi Pemilu.
Namun komisi pemilihan menyatakan akan menggelar rapat hari ini setelah tim kampanye Macron memberi tahu telah diretas. Komisi pemilihan mendesak media massa untuk berhati-hati karena menyiarkan bocoran email itu akan membuat mereka dituntut dakwaan kriminal.
Pernyataan mengenai pembobolan email itu mulai muncul Jumat malam atau beberapa jam sebelum masa kampanye pemilu dinyatakan selesai.
Berbagai jajak pendapat menunjukkan Macron berpeluang lebih besar mengalahkan Le Pen pada pilpres putaran kedua esok Minggu yang disebut sebagai pilpres paling penting dalam sejarah Prancis pada beberapa dekade terakhir.
Poling terakhir menunjukkan Macron diproyeksikan menang dengan mengantongo 62
persen suara, demikian Reuters.