Jakarta (Antaranews Babel) - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengajak masyarakat untuk menonton bareng gerhana bulan total pada Rabu petang-malam karena hanya terjadi 150 tahun sekali di lokasi yang sama.
"Jadi ini adalah fenomena langka dengan gerhana bulan yang diikuti supermoon, bluemoon dan bloodmoon. 150 tahun itu sangat lama bahkan usia manusia tidak sampai segitu," kata Dwikorita di kantornya, Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan supermoon adalah penampakan bulan penuh dengan tingkat lebih terang dan besar dari biasanya karena posisi bulan dan bumi sangat dekat. Pada waktu yang sama, kata dia, purnama dan gerhana akan tampak lebih besar dari biasanya.
Selanjutnya soal bluemoon, mantan Rektor Universitas Gadjah Mada itu mengatakan istilah bulan biru itu merujuk pada fenomena terjadinya gerhana dua kali dalam bulan yang saja, yaitu pada Januari. Gerhana tersebut terjadi pada awal dan akhir Januari.
Kemudian, kata dia, istilah bloodmoon itu merujuk pada penampakan bulan yang cenderung berwarna merah. Warna merah darah itu terjadi saat bulan memasuki area bayangan bumi di bagian umbra atau ketika gerhana bulan total memasuki fase puncaknya.
Dia mengatakan gerhana bulan total itu umumnya membuat penampakan bulan di langit gelap sepenuhnya. Akan tetapi, fenomena bulan pada Rabu petang saat gerhana bulan total itu akan berwarna merah dan itu jarang terjadi.
Dwikorita mengatakan fenomena gerhana bulan dengan tiga jenis penampakan itu dapat disaksikan dengan jelas oleh masyarakat di Makassar, Bengkulu dan Pontianak karena cuaca diperkirakan cerah pada Rabu petang sampai malam hari.
Sementara di DKI Jakarta cuaca kurang baik karena prosentase bulan tertutup awan adalah 60 persen. Dengan begitu, fenomena gerhana bulan total pada Rabu itu tidak dapat dilihat dengan sempurna oleh sebagian masyarakat di kawasan Jakarta.