Surabaya (Antara Babel) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta industri pertahanan
dan strategis menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan berkontribusi
nyata dalam pembangunan kekuatan pertahanan negara.
"Kebijakan
saya sejak tahun 2005, kalau alutsista, perlengkapan dan
peralatan militer itu bisa kita bikin sendiri, wajib hukumnya jajaran
TNI dan Polri membeli produk dalam negeri," kata Presiden saat membuka
sidang pertama Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), di Surabaya,
Rabu.
Presiden mengatakan bahwa anggaran pertahanan akan makin
besar karena APBN juga semakin besar, setelah meningkatkan anggaran
untuk kesejahteraan rakyat.
"Tentu ada porsi yang lebih besar untuk dialokasikan bagi pembangunan
kekuatan pertahanan dan alutsista kita," tambah Presiden.
Jika
alutsista tersebut belum dapat dibuat di dalam negeri, kata Presiden,
maka dapat dilakukan produksi bersama ataupun transfer teknologi.
"Itu yang kita pilih. Kalau memang betul-betul belum sampai di situ, and we have to purchase it dari negara manapun. Think about transfer of technology," katanya.
Hal itu, menurut Presiden, akan mendorong terciptanya industri
pertahanan yang kompetitif dan dapat memenuhi kebutuhan nasional atau
bahkan negara lain.
"Industri strategis dan industri pertahanan kita, makin ke depan
harus makin kompetitif, makin berkualitas dan tidak boleh kalah dengan
industri dari negara lain," ujarnya.
Presiden juga menyampaikan
apresiasi atas penjualan sejumlah alutsista produksi PT PAL dan Pindad
dan PT Dirgantara Indonesia kepada negara sahabat.
Pada kesempatan itu Presiden juga menekankan keperluan untuk selalu
melakukan modernisasi kekuatan pertahanan dan mendorong industri
pertahanan.
Sementara itu dalam kurun waktu 2010-2013, KKIP telah merumuskan
berbagai kebijakan nasional yang bersifat strategis di bidang industri
pertahanan.
KKIP juga telah menetapkan beberapa program nasional, menerbitkan
cetak biru riset Alpalhankam serta merumuskan cetak biru produk
Alpalhankam.
Menurut Kementerian Pertahanan, terkait strategi mewujudkan
kemandirian pertahanan, telah disusun master plan pembangunan industri
pertahanan tahun 2010-2029 yang mencakup dua target utama, yaitu
alutsista dan industri pertahanan.
Target alutsista yang akan dicapai adalah alutsista yang memiliki
mobilitas tinggi dan daya pukul, sedangkan target industri pertahanan
yang akan dicapai adalah terwujudnya kemampuan memenuhi permintaan pasar
dalam negeri, kemampuan bersaing di pasar internasional serta kemampuan
mendukung pertumbuhan ekonomi.
Untuk pengembangan produk alutsista masa depan, KKIP telah
mencanangkan program produk-produk masa depan baru yang meliputi pesawat
tempur (IF-X), pesawat angkut, kapal selam, kapal perang atas air,
roket, peluru kendali, pesawat terbang tanpa awak, radar, sistem
manajemen pertempuran, alat komunikasi, amunisi kaliber besar, bom
udara, torpedo, propelan, kendaraan tempur dan kendaraan taktis.
Sebelumnya, Presiden Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono menyaksikan
demo kekuatan alutsista TNI AL yang berupa demo penyebaran ranjau dari
pesawat udara Patroli Maritim Umar 623 TNI Angkatan Laut, demo
penembakan Roket RBU dari Kapal Republik Indonesia (KRI) dengan nomor
lambung 385 dan 381, demo peperangan antikapal selam oleh KRI dengan
menggunakan helikopter antikapal selam, demo pembebasan pembajakan kapal
oleh Komando Pasukan Katak dan Intai Amfibi dengan metode Visit Board
Search and Seizure (VBSS), sailing pass Kapal TNI Angkatan Laut dan
flying pass pesawat udara dan helikopter TNI Angkatan Laut.
Turut mendampingi Presiden Yudhoyono antara lain Panglima TNI
Jenderal TNI Moeldoko, Kepala Staf AD Jenderal TNI Budiman, Kepala Staf
AL Laksamana TNI Dr. Marsetio dan Kepala Staf AU Marsekal TNI IB Putu
Dunia serta Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Presiden Minta Industri Pertahanan Jadi Tuan Rumah
Rabu, 12 Maret 2014 15:48 WIB