Surabaya (Antaranews Babel) - Pemerintah melalui Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita secara serius berupaya membuka pasar baru untuk ekspor guna mengantisipasi proteksi Amerika Serikat terhadap (AS) dalam negerinya maupun konfik dagang AS-China.
Untuk itu, Enggartiasto melakukan menjajaki percepatan beragam kemitraan perdagangaan dengan negara-negara lain.
"Yang saya harapkan bisa selesai adalah kerja sama dengan Australia, Tunisia, Mozambik serta Maroko," kata Enggartiasto usai memberikan kuliah umum di Universitas Airlangga Surabaya, Rabu.
Tak hanya itu, Enggar, sapaan akrabnya, mengatakan direktur jenderal di Kementerian Perdagangan (Kemendag) kini sedang bertolak ke Jepang untuk melakukan general review kerja sama dengan negara tersebut.
"Hari ini Dirjen saya sedang ke Jepang untuk melakukan `general review`, kemudian kita harapkan tahun depan hal itu bisa dilakukan dengan EU dan EFTA," ujarnya.
Ditanya apakah hal ini bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Enggar mengaku ada dua hal yang memengaruhi yakni investasi dan ekspor.
"Iya pertumbuhan ekonomi tergantung pada dua hal yaitu investasi dan ekspor. Salah satu komponen yang kami gunakan adalah bagaimana ekspor kita tumbuh, demikian juga investasinya lebih meningkat dan kami memberikan beberapa atau cukup banyak insentif bagi investasi," katanya.
Pada kesempatan iu, Enggar menyatakan optimistis generalized system of preferences (GSP) terhadap 124 produk Indonesia yang diekspor ke Amerika Serikat tidak akan dicabut setelah dia bernegosiasi dengan Duta Besar United States Trade Representative (USTR) Robert E Lighthizer.