Jakarta (Antara Babel) - Psikolog Universitas Indonesia Rose Mini Agoes Salim meminta calon anggota legislatif yang gagal terpilih dalam Pemilu 2014 ikhlas dan tidak stres.
Kalau caleg itu beriman, percaya bahwa itu adalah ketentuan Tuhan, maka tidak akan stres apalagi sampai menyalahkan diri dan orang lain," katanya di Jakarta, Rabu.
Sebaliknya, lanjutnya, apabila caleg gagal tidak percaya hasil pemilu adalah ketentuan Tuhan, maka akan cenderung menyalahkan diri sendiri dan orang lain, serta berpotensi stres.
Oleh karena keluarga perlu mendukung calon anggota legislatif yang gagal dalam pemilu agar tidak sampai stres.
"Keluarga jangan sampai ikut stres kalau ada anggotanya yang gagal terpilih dalam pemilu. Keluarga jangan menekan atau menyalahkan," tuturnya.
Rose juga mengatakan, seseorang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif tentu atas sepengetahuan dan dukungan dari keluarga sehingga jika gagal terpilih adalah konsekuensi bersama.
"Karena keluarga juga akan ikut menanggung bila hartanya habis untuk pencalonan atau terlilit utang kalau caleg meminjam uang untuk berkampanye," kata dia.
Rose mengatakan, calon anggota legislatif yang gagal terpilih rentan terkena gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang sering disebut stres.
Itu karena sejak awal mereka memiliki harapan atau optimisme tinggi akan terpilih, sehingga seringkali mengeluarkan banyak biaya atau meminjam uang untuk pencalonannya.
"Mereka pasti berpikir pasti jadi. Padahal harapan tinggi itu belum tentu tercapai," ujarnya.
186,6 juta warga negara Indonesia (WNI) dan dua juta lainnya di luar negeri memilih 6.608 calon anggota legislatif dari 12 partai politik.