Muntok (Antaranews Babel) - Polisi lalu lintas Polres Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggelar pertemuan dialogis lintas usia agar bisa bersama-sama mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan yang sering melibatkan kaum muda.
"Dialog lintas generasi ini kami harapkan bisa menampung berbagai masukan sekaligus jalan keluar agar dapat meminimaliskan resiko kecelakaan," kata Kapolres Bangka Barat AKBP Firman Andreanto melalui Kepala Satlantas AKP Toni Susanto di Muntok, Sabtu.
Dialog lintas generasi digelar di Gedung Catur Prasetya Polres Bangka Barat,dengan narasumber Kepala Bagian Operasi Kompol Andi Haloho, Kepala Satlantas dihadiri sejumlah guru bimbingan konseling, Jasa Raharja dan Perkumpulan Gerakan Kebangsaan Kabupaten Bangka Barat dan puluhan pelajar dari berbagai sekolah di daerah itu, pengurus OSIS dan anggota Patroli Keamanan Sekolah.
Pada pertemuan yang berlangsung cukup meriah tersebut, mengambil topik perilaku generasi milenial yang berhubungan dengan keamanan dan disipilin dalam berlalu lintas, jasa raharja dan berhubungan dengan tertib berlalu lintas.
Melalui pertemuan itu diharapkan bisa diketahui pola dan tingkah laku kalangan milenial dalam berinteraksi dan bergaul serta berlalu lintas agar ke depan bisa dilakukan pola yang tepat untuk antisipasi agar mereka tertib berlalu lintas dan tidak terpengaruh pergaulan negatif.
"Kami ingin tau apa permasalahan yang terjadi di usia generasi milenial, antara lain masih banyak terjadi pelanggaran, cenderung melakukan hal negatif, malas tetapi pengen cepat mendapatkan sesuatu yang diinginkan," ujarnya.
AKP Toni Susanto menjelaskan, angka kecelakaan di Kabupaten Bangka Barat sepanjang 2018 sebanyak 64 kasus mengakibatkan 31orang meninggal dunia, 42 orang luka berat dan 38 orang luka ringan.
"Tentunya ini menjadi pekerjaan kita bersama untuk mengurangi resiko kecelakaan, memang maut sudah ada yang mengatur, namun sebisa mungkin ada upaya meminimalkan kecelakaan tersebut," katanya.
Menurut dia, salah satu penyebab kecelakaan karena anak-anak sekolah yang belum memiliki SIM sudah mengendarai sepeda motor.
Ia mengatakan, kalau di kota besar permasalah tersebut solusinya dapat ditemukan dengan mudah, salah satunya dengan memberdayakan jasa ojek, angkutan umum, dan jasa antar jemput anak sekolah.
"Namun untuk kota kecil seperti Muntok, pemerintah daerah melalui Dinas Perhubungan kami berharap menyediakan bis sekolah agar anak usia sekolah tidak mengendarai sepeda motor sendiri," katanya.