Canberra (Antara Babel) - "Waktunya sudah tiba" bagi Australia untuk
secara resmi mengakui Palestina, kata mantan perdana menteri Australia
dan diplomat terkemuka Kevin Rudd pada Senin.
Ia mengatakan ia khawatir "kematian Negara Palestina Merdeka" hanya akan menambah ketegangan di Timur Tengah.
Rudd mengeluarkan pernyataan tersebut setelah ada petunjuk dari
Preside AS Donald Trump bahwa Amerika Serikat akan mendukung
"penyelesaian satu-negara" antara Israel dan Palestina.
Rudd menyeru Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull agar
menyatakan penyelesaian satu-negara sebagai "tak bisa diterima".
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dijadwalkan menjadi
pemimpin pertama Israel yang akan mengunjungi Australia, ketika ia
bertemu dengan Turnbull pada Rabu (22/2), dan Rudd mengatakan terserah
kepada perdana menteri Australia untuk mengeluarkan pernyataan keras
atas nama negaranya.
"Sekarang penting buat sekutu dan teman terdekat Israel untuk
mengirim pesan yang sangat jelas kepada Tel Aviv dan Washington bahwa
ditinggalkannya penyelesaian dua-negara tak bisa diterimabaik," kata
Rudd kepada Fairfax Media.
"Australia adalah salah satu sekutu dan teman dekat. Jadi itu tak
bisa diterima, buat Australia untuk menggunakan kata-kata terselubung,"
kata Rudd, sebagaimana dikutip Xinhua.
"Sudah tiba waktunya buat Australia untuk menarik garis mengenai masalah ini, seperti sudah dilakukan oleh 137 negara."
Pernyataan Rudd dikeluarkan saat Israel terus bertindak dengan
membangun lebih dari 4.000 rumah di tanah Palestina di Tepi Barat Sungai
Jordan dan di Jerusalem Timur, tindakan yang dikatakan Rudd hanya akan
menambah tegang suasana.
"Kekhawatir saya yang paling dalam ialah kita terseret kedalam
perpecahan dan kematian Negara Palestina Merdeka. Ini akan menjadi
tragedi buat rakyat Palestina dan Israel," kata Rudd.
"Buat Israel, pengucilan Palestina dan penghilangan prospek wilayah
dan negara mungkin mengarah kepada kembali menjadi radikalnya rakyat
Palestina," katanya.
Mantan PM: "Sudah Tiba Waktunya" Australia Akui Palestina
Senin, 20 Februari 2017 9:24 WIB
Australia adalah salah satu sekutu dan teman dekat. Jadi itu tak bisa diterima, buat Australia untuk menggunakan kata-kata terselubung,