Bandarlampung, (ANTARA Babel) - Ribuan ikan hasil budi daya di Teluk Lampung mati diduga akibat pengerukan alur yang dilakukan oleh kapal keruk.
Iim Saputra (30) seorang saksi mata, di Pesawaran, Jumat, mengatakan sering melihat kapal tersebut beroperasi di Pulau Tegal Kabupaten Pesawaran dan Pulau Condong Kabupaten Lampung Selatan.
"Dalam sehari kapal itu bisa empat kali beroperasi, tapi kami tidak melihat secara langsung proses pengerukan dan pembuangan limbahnya," ujarnya.
Ia mengatakan, dirinya sempat mengikuti kapal keruk tersebut, tapi pada saat diikuti kapal itu tidak melakukan pembuangan limbah.
Sementara itu, Awok (56) pembudidaya kerapu di Pantai Ringgung mengatakan sejak setengah bulan lalu ikan kerapunya mati akibat adanya perubahan warna air.
"Sedih rasanya melihat ikan-ikan kerapu yang siap panen mati semua karena perubahan warna air laut," ujarnya.
Menurutnya, ribuan ikan kualitas terbaik dan bibit ikan mati dan tidak dapat dijual.
"Pengekspor juga jadi takut untuk membeli ikan kami, karena kualitas ikan sudah tidak terjaga," ujarnya.
Penyelia laboratorium kualitas air Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Provinsi Lampung, Muawanah, mengatakan pencemaran air laut di perairan Teluk Lampung disebabkan oleh maraknya "Alga Flitoplankton Cochlodinium Polykrikoides".
Pemicu munculnya plankton tersebut disebabkan meningkatnya nutrien di wilayah perairan.
Peningkatan nutrien ini disebabkan dari polutan yang muncul dari limbah rumah tangga, terangkatnya sedimen laut dan pencemaran lingkungan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013
Iim Saputra (30) seorang saksi mata, di Pesawaran, Jumat, mengatakan sering melihat kapal tersebut beroperasi di Pulau Tegal Kabupaten Pesawaran dan Pulau Condong Kabupaten Lampung Selatan.
"Dalam sehari kapal itu bisa empat kali beroperasi, tapi kami tidak melihat secara langsung proses pengerukan dan pembuangan limbahnya," ujarnya.
Ia mengatakan, dirinya sempat mengikuti kapal keruk tersebut, tapi pada saat diikuti kapal itu tidak melakukan pembuangan limbah.
Sementara itu, Awok (56) pembudidaya kerapu di Pantai Ringgung mengatakan sejak setengah bulan lalu ikan kerapunya mati akibat adanya perubahan warna air.
"Sedih rasanya melihat ikan-ikan kerapu yang siap panen mati semua karena perubahan warna air laut," ujarnya.
Menurutnya, ribuan ikan kualitas terbaik dan bibit ikan mati dan tidak dapat dijual.
"Pengekspor juga jadi takut untuk membeli ikan kami, karena kualitas ikan sudah tidak terjaga," ujarnya.
Penyelia laboratorium kualitas air Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Provinsi Lampung, Muawanah, mengatakan pencemaran air laut di perairan Teluk Lampung disebabkan oleh maraknya "Alga Flitoplankton Cochlodinium Polykrikoides".
Pemicu munculnya plankton tersebut disebabkan meningkatnya nutrien di wilayah perairan.
Peningkatan nutrien ini disebabkan dari polutan yang muncul dari limbah rumah tangga, terangkatnya sedimen laut dan pencemaran lingkungan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013