Pangkalpinang (Antara Babel) - Ribuan lele yang dibudidayakan petani di Pangkalpinang Provinsi Bangka Belitung mati akibat terserang penyakit jamur selama musim pancaroba menuju kemarau ini.
"Selama memasuki musim kemarau ini, sekitar 15 ribu lele yang hampir panen mati, sehingga kami rugi karena biaya pakan dan pembelian bibit cukup tinggi," kata Romel, pembudi daya lele di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan, tidak hanya lele yang hampir panen yang terserang penyakit, tetapi juga sekitar 20 ribu bibit lele berumur dua hingga tiga minggu juga mati.
"Kami sudah berusaha mencegah penyebaran penyakit jamur tersebut, namun usaha itu sia-sia karena setiap hari masih ada ratusan lele yang mati," ujarnya.
Menurut dia, setiap tahun menjelang dan selama memasuki musim pancaroba ternak lele mati karena perubahan suhu air.
"Saat ini, kami hanya bisa pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi, karena berbagai upaya untuk mencegah penyakit tersebut sia-sia," ujarnya.
Romel mengatakan, saat ini bibit lele itu juga banyak yang terserang penyakit dan mati sehingga tidak bisa mencukupi permintaan konsumen. Banyak lele yang mati saat masih berumur empat hingga dua belas hari. Dari sepuluh ribu bibit lele rata-rata yang bisa diambil hanya lima atau tiga ribu karena yang lainnya terserang penyakit hingga mati.
"Diperkirakan kerugian yang dialami mencapai Rp10 juta, karena harga bibit dan pakan yang naik, sehingga biaya pembesaran lele semakin tinggi," ujarnya.
Ia mengatakan, untuk pemberian makanan lele dilakukan secara bertahap sesuai umur ikan itu agar dapat menjaga perkembangannya, namun tetap saja penyakit menyerang hingga menyebabkan banyak yang mati. Hal itu terkait parubahan cuaca yang menyebabkan kondisi suhu air tidak stabil sehingga bibit ikan mudah terserang penyakit.
"saat ini harga benih ikan lele ukuran 2cm Rp150 sedangkan yang ukuran 3cm sampai 4cm mencapai Rp200. Untuk pakannya diberi ulat sutra sedangkan yang berumur 14 hari diberi pakan pelet halus. Untuk yang berumur sebulan diberi pakan pelet kasar setelah dua bulan diberi usus ayam untuk menghemat biaya pengeluaran dan kisaran 3 sampai 4 bulan baru siap konsumsi," katanya.
Demikian juga Ardi, petani lele lainnya di daerah itu yang mengakui banyak ikannya yang mati karena tidak tahan terhadap penyakit yang menyerang selama perubahan cuaca ini.
Dia mengaku mengalami kerugian cukup besar karena hasil saat akan memanen ikan untuk dikonsumsi jauh berkurang dari bibit yang dipeliharanya selama 4 bulan.
Ardi mengatakan, permintaan terhadap benih ikan lele maupun yang siap dikonsumsi meningkat namum tidak bisa terpenuhi karena banyak yang mati disebabkan pergantian musim dan kondisi cuaca yang tidak stabil. Harganya pun naik karena benih ikan menjadi sulit didapat
"Saat ini hasil yang didapat dari benih lele yang dipelihara jauh berkurang karena banyak yang mati terserang penyakit. Peternak lele mengalami kerugian cukup besar karena biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil yang didapat walau permintaan benih meningkat," ujarnya.