Menteri Pertanian Amran Sulaiman menjamin untuk memberikan harga jual lada yang baik di tingkat petani sehingga kesejahteraan para petani lada terus meningkat.
"Kami memotong rantai pasok kemudian langsung ke negara tujuan, bukan transit pada negara seperti Vietnam. Langsung ke India dan Eropa. Sehingga kenaikan harga dinikmati petani dan pengusaha-pengusaha Indonesia," katanya di Air Seruk, Belitung, Sabtu.
Menurut dia, tujuan ekspor lada yang selama ini ke Vietnam, harus dipotong menjadi ekspor langsung ke India dan Eropa. Pasalnya, Vietnam selama ini mengolah kembali lada dari Indonesia untuk diekspor ke negara-negara Eropa dan India. Kedepan pengolahan langsung juga harus dilakukan di Indonesia.
"Kami sudah melakukan nego dengan India. Sekarang sudah bisa masuk ke India. Tadi ke Amerika kemudian Jepang dan Eropa," ujarnya.
Ia mencontohkan, keberhasilan memotong rantai pasok dalam kegiatan ekspor komoditi buah manggis tujuan China dari negara transit Singapura dan Malaysia yang kini mengalami kenaikan cukup signifikan.
"Sekarang ekspor manggis kami langsung ke China sehingga mengalami kenaikan sebesar 400 persen," ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya telah memerintahkan Karantina Pertanian agar mendorong semua produk ekspor Indonesia langsung sampai ke negara tujuan atau tidak transit di negara lain.
"Itulah mimpi kita. Kita memproduksi dengan kualitas tinggi dan produktivitas tinggi. Kemudian kita melakukan hilirisasinya, nilai tambahnya kita dapat di mana-mana, kemudian kita mengekspor langsung ke negara tujuan," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menjelaskan dari sistem otomasi perkarantinaan yakni IQFAST, tercatat lalu lintas eksportasi selain karet dan olahan sawit, lada asal Babel telah diterima di 14 negara. Antara lain Oman, Amerika Serikat, Jepang, Singapore dan lainnya.
"Di tahun 2018 sebanyak 163 frekwensi Surat Kesehatan Tumbuhan atau Phyosanitary Certificate yang telah diterbitkan di Pangkalpinang. Surat ini sebagai persyaratan negara mitra dagang dan telah menyertai ekspor 2.601 ton lada dengan nilai ekonomi Rp. 156 miliar ke 14 negara tujuan," katanya.
Sedangkan di periode Januari sampai dengan April 2019, telah tercatat 68 kali eksportasi dengan total 638 ton senilai Rp. 38,2 miliar.
"Dengan begitu, kejayaan rempah khususnya lada dapat kita raih lagi dari Bangka Belitung," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019
"Kami memotong rantai pasok kemudian langsung ke negara tujuan, bukan transit pada negara seperti Vietnam. Langsung ke India dan Eropa. Sehingga kenaikan harga dinikmati petani dan pengusaha-pengusaha Indonesia," katanya di Air Seruk, Belitung, Sabtu.
Menurut dia, tujuan ekspor lada yang selama ini ke Vietnam, harus dipotong menjadi ekspor langsung ke India dan Eropa. Pasalnya, Vietnam selama ini mengolah kembali lada dari Indonesia untuk diekspor ke negara-negara Eropa dan India. Kedepan pengolahan langsung juga harus dilakukan di Indonesia.
"Kami sudah melakukan nego dengan India. Sekarang sudah bisa masuk ke India. Tadi ke Amerika kemudian Jepang dan Eropa," ujarnya.
Ia mencontohkan, keberhasilan memotong rantai pasok dalam kegiatan ekspor komoditi buah manggis tujuan China dari negara transit Singapura dan Malaysia yang kini mengalami kenaikan cukup signifikan.
"Sekarang ekspor manggis kami langsung ke China sehingga mengalami kenaikan sebesar 400 persen," ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya telah memerintahkan Karantina Pertanian agar mendorong semua produk ekspor Indonesia langsung sampai ke negara tujuan atau tidak transit di negara lain.
"Itulah mimpi kita. Kita memproduksi dengan kualitas tinggi dan produktivitas tinggi. Kemudian kita melakukan hilirisasinya, nilai tambahnya kita dapat di mana-mana, kemudian kita mengekspor langsung ke negara tujuan," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil menjelaskan dari sistem otomasi perkarantinaan yakni IQFAST, tercatat lalu lintas eksportasi selain karet dan olahan sawit, lada asal Babel telah diterima di 14 negara. Antara lain Oman, Amerika Serikat, Jepang, Singapore dan lainnya.
"Di tahun 2018 sebanyak 163 frekwensi Surat Kesehatan Tumbuhan atau Phyosanitary Certificate yang telah diterbitkan di Pangkalpinang. Surat ini sebagai persyaratan negara mitra dagang dan telah menyertai ekspor 2.601 ton lada dengan nilai ekonomi Rp. 156 miliar ke 14 negara tujuan," katanya.
Sedangkan di periode Januari sampai dengan April 2019, telah tercatat 68 kali eksportasi dengan total 638 ton senilai Rp. 38,2 miliar.
"Dengan begitu, kejayaan rempah khususnya lada dapat kita raih lagi dari Bangka Belitung," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019