Surabaya (ANTARA News) - KRI Dewaruci, kapal layar tiang tinggi TNI AL, telah ditambat lagi di dermaganya, di Komando Armada Kawasan Timur TNI AL, di Surabaya. Semula dia ditambat di depan kantor panglima komando tempur utama TNI AL itu, namun kemudian dipindah ke kolam dermaga khususnya, Kamis siang, setelah tiba dari pelayaran kedua keliling dunia pada pertengahan Januari-Oktober ini.
KRI Dewaruci memang satu-satunya kapal layar tiang tinggi milik Indonesia. Dia dari tipe Barkentin (Barquentine), buatan galangan kapal HC Stulcken und Sohns, Hamburg, Jerman, pada 1952, diluncurkan pada 1953, dan resmi bergabung dengan TNI AL setahun kemudian.
Dia memiliki 16 layar, lima layar melintang di peruan-peruan utama di tiang Bima alias tiang paling depan, dan banyak layar membujurnya di kedua tiang lain, tiang Arjuna dan tiang Yudhistira. Nama-nama tiang tinggi di kapal itu memang dinamai menurut nama tiga anak pertama Dewi Kunti-Pandu Dewanata dari Mahabharata.
Kapal layar tiang tinggi ini sudah sangat ternama di kancah bahari internasional, baik itu lomba layar ataupun festival, di antaranya memeriahkan L'Armada Rouen 2003 dan Festival of the Seven Seas di Delfzijl, Belanda, pada tahun sama. Kedua gelaran itu hanya sebagian kecil saja dari sederet panjang gelaran yang dia ikuti dan menjadikan dia sebagai ikon maritim dunia.
Yang terakhir dalam misi pelayaran keliling dunia kali ini adalah Operation Sail 2012 dan 200th Anniversary of Great War, keduanya di pantai timur Amerika Serikat.
Sering kali, dalam berbagai gelaran yang hampir tiap tahun dia ikuti, KRI Dewaruci bersua dengan "saudara-saudara"-nya yang lain. Bisa dibilang, "hadirin tetap" gelaran-gelaran itu adalah kapal-kapal yang sudah sangat sering reuni, yang berbeda cuma manusia dan komandan pengawak mereka saja.
KRI Dewaruci dimasukkan ke dalam kelas Barkentin, secara sederhana adalah tipe Bark (Barque) dalam bentuk mini. Beda utamanya adalah layar-layar membujur (layar jib) yang ada di tiang kedua dan ketiga dari depannya, karena jarang sekali ada kapal layar tiang tinggi yang jumlah tiangnya lebih dari tiga.
Tipe Bark, ditandai dengan kehadiran tiga (atau empat) tiang tinggi, dengan layar-layar peruan atau layar melintang ukuran besar bersusun di tiap tiangnya. Layar-layar melintang itu bertengger empat atau lima susun dari atas ke bawah, baik pada tiang pertama, kedua, ketiga, atau keempat. Di tiang terakhir inilah terdapat dua layar jib yang ditahan dua boom.
Menurut nomenklatur kapal layar tiang tinggi dunia, tipe Bark yang juga sangat mirip dengan tipe Rig ini adalah tipe kapal layar terbesar yang ada di dunia sampai saat ini. Beberapa di antara mereka adalah Cuahutemoc II dari Meksiko, Mir dari Rusia, Nippon Maru II dari Jepang, atau Eagle dan Constitution milik Korps Penjaga Pantai Amerika Serikat.
Secara umum, kapal-kapal ini sepanjang antara 70 hingga 110 meter, terbesar adalah Mir berkelir putih bersih, tempat kadet-kadet Akademi Angkatan Laut Rusia ditempa, mirip dengan fungsi asasi KRI Dewaruci.
Nomenklatur itu menyatakan, pengemudian kapal layar tiang tinggi tipe Bark ini relatif lebih sulit ketimbang tipe Barkentin atau Skuner (Schooner), karena layar-layar jib-nya sangat minim.
Kapal layar besar tipe ini memang sangat gagah dan mengingatkan kita pada masa-masa kejayaan kapal perang berlayar pada abad ke-16-18. Karakter khas kapal tipe ini adalah sangat mantap melaju hingga kecepatan maksimal jika angin tepat dari buritan atau sedikit melenceng dari garis as haluan-buritan.
Akan berbeda jika angin datang dari samping. Peruan layar memang bisa sedikit dibelokkan memakai tali-tali pengendali di kedua sisi kapal, kiri dan kanan. Yang penting, sudut kendali keseluruh tiang itu harus sama karena akan memaksimalkan kekuatan tiupan angin yang bisa "ditangkap" layar-layarnya.
Jika sudah optimum, kapal bisa miring pada sudut toleransinya namun mantap didorong angin.
Menurut rencana, kapal layar tiang tinggi tipe Bark inilah yang akan dibeli negara untuk menggantikan KRI Dewaruci, yang hampir 60 tahun usianya; atau nyaris 80 tahun jika dihitung sejak peletakan perdana tulangannya pada 1932 di Hamburg itu. Menurut rencana pula, nama kapal layar baru yang berukuran sekitar dua kali dari KRI Dewaruci saat ini, juga Dewaruci; namun belum ditentukan apakah diberi imbuhan II atau yang lain.
Tipe lain yang umum hadir dalam berbagai arena bahari internasional adalah tipe Skuner. Contoh mudah adalah Regina Maris dari Belanda, yang cukup kenyang malang-melintang melayari perairan Laut Utara, Samudera Atlantik, hingga Mediterania dan sekitarnya. Skuner bercirikan layar-layar membujur di semua tiangnya; perbandingan komposisi dan kedudukan layar mirip dengan phinisi dari Sulawesi Selatan -Sulawesi Barat.
Berbeda dengan tipe Bark yang kokoh-kuat dalam impresinya, tipe Skuner sangat langsing tanpa mengurangi kekokohan konstruksi bangunan kapalnya. Dia lebih fleksibel dalam menangkap angin, baik total dari buritan ataupun cukup menyudut dari garis as haluan-buritan.
Dengan begitu, kecepatan menjadi andalannya, didukung lunas kapal yang dirancang mampu membelah air secara efisien dan perbandingan antara lebar dan panjang kapal yang mencolok. Akan tetapi, pada masa kini kapal-kapal Skuner biasanya berukuran lebih kecil dari kapal tipe Bark ataupun Barkentin. (*)
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2012
KRI Dewaruci memang satu-satunya kapal layar tiang tinggi milik Indonesia. Dia dari tipe Barkentin (Barquentine), buatan galangan kapal HC Stulcken und Sohns, Hamburg, Jerman, pada 1952, diluncurkan pada 1953, dan resmi bergabung dengan TNI AL setahun kemudian.
Dia memiliki 16 layar, lima layar melintang di peruan-peruan utama di tiang Bima alias tiang paling depan, dan banyak layar membujurnya di kedua tiang lain, tiang Arjuna dan tiang Yudhistira. Nama-nama tiang tinggi di kapal itu memang dinamai menurut nama tiga anak pertama Dewi Kunti-Pandu Dewanata dari Mahabharata.
Kapal layar tiang tinggi ini sudah sangat ternama di kancah bahari internasional, baik itu lomba layar ataupun festival, di antaranya memeriahkan L'Armada Rouen 2003 dan Festival of the Seven Seas di Delfzijl, Belanda, pada tahun sama. Kedua gelaran itu hanya sebagian kecil saja dari sederet panjang gelaran yang dia ikuti dan menjadikan dia sebagai ikon maritim dunia.
Yang terakhir dalam misi pelayaran keliling dunia kali ini adalah Operation Sail 2012 dan 200th Anniversary of Great War, keduanya di pantai timur Amerika Serikat.
Sering kali, dalam berbagai gelaran yang hampir tiap tahun dia ikuti, KRI Dewaruci bersua dengan "saudara-saudara"-nya yang lain. Bisa dibilang, "hadirin tetap" gelaran-gelaran itu adalah kapal-kapal yang sudah sangat sering reuni, yang berbeda cuma manusia dan komandan pengawak mereka saja.
KRI Dewaruci dimasukkan ke dalam kelas Barkentin, secara sederhana adalah tipe Bark (Barque) dalam bentuk mini. Beda utamanya adalah layar-layar membujur (layar jib) yang ada di tiang kedua dan ketiga dari depannya, karena jarang sekali ada kapal layar tiang tinggi yang jumlah tiangnya lebih dari tiga.
Tipe Bark, ditandai dengan kehadiran tiga (atau empat) tiang tinggi, dengan layar-layar peruan atau layar melintang ukuran besar bersusun di tiap tiangnya. Layar-layar melintang itu bertengger empat atau lima susun dari atas ke bawah, baik pada tiang pertama, kedua, ketiga, atau keempat. Di tiang terakhir inilah terdapat dua layar jib yang ditahan dua boom.
Menurut nomenklatur kapal layar tiang tinggi dunia, tipe Bark yang juga sangat mirip dengan tipe Rig ini adalah tipe kapal layar terbesar yang ada di dunia sampai saat ini. Beberapa di antara mereka adalah Cuahutemoc II dari Meksiko, Mir dari Rusia, Nippon Maru II dari Jepang, atau Eagle dan Constitution milik Korps Penjaga Pantai Amerika Serikat.
Secara umum, kapal-kapal ini sepanjang antara 70 hingga 110 meter, terbesar adalah Mir berkelir putih bersih, tempat kadet-kadet Akademi Angkatan Laut Rusia ditempa, mirip dengan fungsi asasi KRI Dewaruci.
Nomenklatur itu menyatakan, pengemudian kapal layar tiang tinggi tipe Bark ini relatif lebih sulit ketimbang tipe Barkentin atau Skuner (Schooner), karena layar-layar jib-nya sangat minim.
Kapal layar besar tipe ini memang sangat gagah dan mengingatkan kita pada masa-masa kejayaan kapal perang berlayar pada abad ke-16-18. Karakter khas kapal tipe ini adalah sangat mantap melaju hingga kecepatan maksimal jika angin tepat dari buritan atau sedikit melenceng dari garis as haluan-buritan.
Akan berbeda jika angin datang dari samping. Peruan layar memang bisa sedikit dibelokkan memakai tali-tali pengendali di kedua sisi kapal, kiri dan kanan. Yang penting, sudut kendali keseluruh tiang itu harus sama karena akan memaksimalkan kekuatan tiupan angin yang bisa "ditangkap" layar-layarnya.
Jika sudah optimum, kapal bisa miring pada sudut toleransinya namun mantap didorong angin.
Menurut rencana, kapal layar tiang tinggi tipe Bark inilah yang akan dibeli negara untuk menggantikan KRI Dewaruci, yang hampir 60 tahun usianya; atau nyaris 80 tahun jika dihitung sejak peletakan perdana tulangannya pada 1932 di Hamburg itu. Menurut rencana pula, nama kapal layar baru yang berukuran sekitar dua kali dari KRI Dewaruci saat ini, juga Dewaruci; namun belum ditentukan apakah diberi imbuhan II atau yang lain.
Tipe lain yang umum hadir dalam berbagai arena bahari internasional adalah tipe Skuner. Contoh mudah adalah Regina Maris dari Belanda, yang cukup kenyang malang-melintang melayari perairan Laut Utara, Samudera Atlantik, hingga Mediterania dan sekitarnya. Skuner bercirikan layar-layar membujur di semua tiangnya; perbandingan komposisi dan kedudukan layar mirip dengan phinisi dari Sulawesi Selatan -Sulawesi Barat.
Berbeda dengan tipe Bark yang kokoh-kuat dalam impresinya, tipe Skuner sangat langsing tanpa mengurangi kekokohan konstruksi bangunan kapalnya. Dia lebih fleksibel dalam menangkap angin, baik total dari buritan ataupun cukup menyudut dari garis as haluan-buritan.
Dengan begitu, kecepatan menjadi andalannya, didukung lunas kapal yang dirancang mampu membelah air secara efisien dan perbandingan antara lebar dan panjang kapal yang mencolok. Akan tetapi, pada masa kini kapal-kapal Skuner biasanya berukuran lebih kecil dari kapal tipe Bark ataupun Barkentin. (*)
Editor: Ade Marboen
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2012