Jakarta (Antara Babel) - Suatu bangsa dinilai akan mengalami kemajuan yang signifikan apabila generasi yang mengganti lebih baik daripada generasi yang diganti.

Itu berarti bahwa generasi muda penerus bangsa harus lebih baik dari generasi sebelumnya.

Sebaliknya, jika generasi muda tidak memiliki kualitas yang lebih unggul daripada generasi sebelumnya, suatu bangsa dinilai akan mengalami kemunduran.

Hal tersebut disampaikan Wakil Presiden (Wapres) Boediono saat menyambut kehadiran para peserta Forum Pelajar dan Pemuda Indonesia di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis.

"Generasi penerus harus lebih baik daripada generasi sebelumnya. Itu harus, itu logika kemajuan. Kalau lebih buruk, kualitasnya akan turun," kata Wapres.

Ia juga mengatakan bahwa tugas memajukan generasi muda adalah tugas bersama antara mereka yang mengganti dan mereka yang diganti.

"Generasi sebelumnya harus menyiapkan suasana, fasilitas, lingkungan, dan lain sebagainya, sementara generasi pembaharu harus mempunyai perspektif sejarah, visi, dan kesiapan fisik dan mental untuk menggantikan," katanya.

Untuk itu, tambah dia, perlu ada koordinasi yang intensif antargenerasi.

"Jika keduanya klop, saya yakin kita akan maju. Ini tanggung jawab masing-masing generasi. Karena jika terjadi kemunduran, yang menanggung adalah bangsa ini," katanya.

Wapres juga mengingatkan para pelajar bahwa generasi muda memiliki kewajiban untuk memberi hasil karya yang terbaik bagi negara.

Suatu bangsa, kata dia, adalah produk dari perbuatan anak-anak bangsa sebagai konsekuensi dari apa yang dilakukannya.

"Suatu negara tidak terjadi tiba-tiba. Suatu bangsa terjadi karena kombinasi dari berbagai tindakan perbuatan anak-anak bangsanya. Maka, maju atau mundur bangsa itu akan tergantung pada apa yang diberikan oleh anak-anaknya," katanya.

Wapres juga mengingatkan seluruh pihak agar tidak menyalahkan orang lain atau menyalahkan bangsa sendiri jika menemukan berbagai hal yang dirasa belum tertata dengan baik.

"Kadang melihat banyak yang belum pas dengan bangsa kita, kehidupannya pun belum tertata. Lalu, kita mengkritik, ini bagaimana sih? Dan, pada akhirnya menyalahkan orang lain atau menyalahkan bangsa sendiri," katanya.

Hal tersebut, kata Boediono, tidaklah tepat karena maju atau tidaknya suatu bangsa adalah hasil perbuatan setiap individu yang ada di negara tersebut.

"Kalau suatu bangsa maju dan sejahtera, itu adalah hasil perbuatan kita sendiri. Kalau bangsa ini bobrok, rusak, tidak aman, tidak tertib, banyak pelanggaran hukum, ya, salahkan diri sendiri," katanya.

Oleh karena itu, Wapres menegaskan bahwa seluruh pihak memiliki peran dalam menentukan kemajuan suatu bangsa.

"Negara tumbuh berkat perbuatan diri sendiri. Bukan siapa-siapa, melainkan kita masing-masing," katanya.

    
Hormati Perbedaan

Sementara itu, Wapres juga mengingatkan bahwa bangsa Indonesia dibuat atas kesepakatan para pendiri-pendiri bangsa dari berbagai daerah, suku, dan agama untuk bersatu dan hidup bersama serta saling menghormati satu sama lain.

Oleh karena itu, kata dia, semua pihak harus menghormati berbagai perbedaan yang ada.

"Kesepakatan ini harus dihormati bila kita masih mau terus bersatu, bukannya satu pihak mendominasi," katanya.

Kepada seluruh pelajar yang hadir, Wapres meminta untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan dan fokus untuk memajukan bangsa dan negara.

Sementara itu, Presiden Direktur Forum Pelajar dan Pemuda Indonesia atau Indonesia Student and Youth Forum Fajar Kurniawan mengatakan bahwa forum tersebut adalah forum di luar pendidikan formal.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan jiwa kepemimpinan pelajar di seluruh Nusantara yang diadakan setiap tahun.

Berbagai acara digelar di Jakarta untuk diikuti oleh mereka yang telah lolos seleksi antara lain menemui para pimpinan pemerintahan dan DPR, para pimpinan perusahaan dan diplomat.

"Kami ingin mempertemukan para pelajar dari berbagai pelosok Tanah Air dari berbagai pelosok untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan," katanya.

Pewarta: Oleh Wuryanti Puspitasari

Editor : Aprionis


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014