Bengkulu (Antara Babel) - Petani kelapa sawit di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu setiap panen hampir selalu menjerit karena harga produknya anjlok.

Petani di Desa Pondokbatu, misalnya, mengeluh lantaran rendahnya harga penjualan tandan buah segar kelapa sawit ke pedagang pengumpul di daerah itu hanya Rp730 per kilogram.

"Harga tandan buah segar atau TBS kelapa sawit sekarang ini semakin rendah, hanya Rp730 per kilogram. Sudah seminggu ini harga TBS kelapa sawit petani sebesar itu, dua pekan sebelumnya harganya masih bertahan sebesar Rp900 per kilogram," kata petani kelapa sawit dari Desa Pondokbatu, Deni, awal bulan ini.

Menurut dia, dengan harga TBS kelapa sawit serendah itu, jangankan mau memupuk tanaman kelapa sawit, untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja tidak cukup dalam sebulan.

Ia mengatakan, dirinya terpaksa mengirit pengeluaran keluarganya agar hasil penjualan TBS sawit tersebut mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dalam bulan ini.

"Kalau selama ini masih bisa membeli berbagai macam kebutuhan bahan pokok, tetapi selama harga TBS kelapa sawit rendah, terpaksa ditahan," ujarnya lagi.

Kepala Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko Edy Apriyanto mengimbau pedagang pengumpul atau toke kelapa sawit di daerah itu agar tidak terlalu rendah membeli TBS kelapa sawit petani setempat.

Ia berharap, pedagang membeli TBS kelapa sawit petani itu sesuai dengan harga di pabrik dan jangan terlalu banyak potongan kepada petani.

Selain itu, ia mengingatkan, petani setempat agar tidak memanen buah kelapa sawitnya yang masih terlalu muda atau yang terlalu masak karena TBS kelapa sawit seperti itu berpengaruh terhadap rendemen dan kadar keasaman.

Begitu juga dengan toke sawit, lanjutnya, jangan membeli TBS kelapa sawit petani yang masih muda dan terlalu masak karena itu merugikan perusahaan dan kerugian itu justru akan berdampak pada petani.

Karena, kata dia, kalau terlalu banyak sortir buah, maka pedagang yang rugi, karena pedagang tidak mau rugi sehingga mereka menekan harga kepada petani.

"Agar tidak ada yang dirugikan, petani dan pedagang harus kerja sama mengatur agar buah yang dijual sesuai permintaan dari pabrik," ujarnya lagi.

Dinas Pertanian Peternakan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Mukomuko sedang menunggu komitmen pabrik pengolahan minyak mentah kelapa sawit di daerah ini, untuk menaikkan harga tandan buah segar kelapa sawit.  
"Kami menunggu komitmen pabrik menaikkan harga tandan buah segar kelapa sawit," kata Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan (DP3K) Kabupaten Mukomuko, Edy Apriyanto.

Harga TBS kelapa sawit di pabrik di daerah ini dalam dua pekan terakhir sebesar Rp1.030 hingga Rp1.050 per kilogram atau lebih rendah dari harga yang ditetapkan oleh tim penetapan harga TBS kelapa sawit Provinsi Bengkulu yang paling rendah sebesar Rp1.125.

Pihaknya secara lisan dan tertulis telah menyampaikan kepada pabrik, agar mengikuti surat keputusan tim terkait harga TBS kelapa sawit di daerah itu.  
"Imbauan dari kami agar pabrik kelapa sawit mengikuti hasil keputusan harga tim," ujarnya pula.

Dia mengakui, kondisi sekarang ini berlaku hukum ekonomi, yaitu saat barang banyak sedangkan permintaan sedikit secara otomatis harga akan turun.

Menurut dia, begitu juga terjadi pada harga TBS kelapa sawit petani yang saat ini jumlahnya sangat banyak setelah Lebaran, sedangkan daya tampung pabrik di daerah itu terbatas.

Kendati demikian, kata dia lagi, pihaknya tetap berharap pabrik menaikkan harga TBS kelapa sawit sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh tim penetapan harga TBS kelapa sawit di provinsi itu.

Dia menyatakan, tim tersebut terdiri dari berbagai unsur termasuk pengusaha pabrik, dan harga tersebut telah ditetapkan bersama oleh mereka saat rapat.

"Kalau kami ini cuma melanjutkan surat keputusan dari tim, sekaligus mengawasi agar pabrik mengikuti keputusan tersebut," ujarnya lagi.

DPRD Kabupaten Mukomuko menyatakan petani setempat memerlukan forum yang bertugas mengawasi harga tandan buah segar kelapa sawit di daerah itu.

"Petani di Mukomuko memerlukan forum yang terdiri atas petani. Forum inilah yang nantinya mengawasi harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit," kata anggota DPRD Kabupaten Mukomuko, Badrun Hasani.

Ia mengatakan, petani setempat perlu forum tersebut agar setiap ke luar hasil keputusan rapat tim penetapan harga TBS kelapa sawit Provinsi Bengkulu, forum ini yang selanjutnya mengawasinya di perusahaan perusahaan.

Menurutnya, Jika harga TBS kelapa sawit di daerah itu tidak sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh tim maka tugas forum ini menindaklanjutinya di perusahaan.

"Peran forum ini sangat besar untuk menjembatani hubungan kerja antara petani yang punya komoditas kelapa sawit dan perusahaan pengolahan hasil perkebunan," ujarnya.  
Terkait masih rendahnya harga TBS kelapa sawit di daerah itu, menurutnya, tugas pemerintah setempat melalui instansi terkait mencarikan solusinya.

Bila perlu, lanjutnya, pemerintah setempat memberikan sanksi terhadap perusahaan yang tidak mematuhi surat keputusan Gubernur Bengkulu terkait besaran harga TBS kelapa sawit setiap dua minggu sekali.

Dia menjelaskan, pihaknya belum mengetahui alasannya sehingga perusahaan tidak mematuhi surat keputusan Gubernur Bengkulu terkait harga TBS kelapa sawit.

Sementara, lanjutnya, di daerah lain harga TBS kelapa sawit petaninya lebih tinggi dibandingkan harga di daerah itu.

Menurutnya, jika perusahaan tidak mau mematuhi sebaiknya SK Gubernur Bengkulu itu dicabut saja. Jangan sampai petani bertanya-tanya soal perbedaan harga TBS kelapa sawit.

        

            Investasi-Teknologi

PT PATI perusahaan perkebunan di Kecamatan Pondok Suguh, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, menginvestasikan dana sebesar Rp60 miliar untuk mendirikan pabrik kelapa sawit atau PKS berkapasitas 60 ton per jam di daerah itu.

"Dana investasi telah kami sampaikan ke Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Mukomuko sebesar Rp60 miliar," kata Kepala Cabang PT PATI Kabupaten Mukomuko, Suherman.

Ia mengatakan, meskipun perusahaan perkebunan itu yang membuka cabang dan berinvestasi membangun pabrik tetapi pabrik tersebut di bawah naungan PT Muko Panen Raya Abadi.

Saat ini, lanjutnya, pihaknya masih mencari lokasi baru dengan luas 25 hektare. Sedangkan lokasi lama tidak disetujui oleh warga Desa Air Biku, Kecamatan Pondok Suguh.

Ia berharap, perangkat desa dan warga membantu perusahaan mencarikan lahan yang dibutuhkan jauh dari permukiman penduduk dan sungai.

Sedangkan lahan perkebunan kelapa sawit yang menjadi kebun inti pabrik ini nantinya, lanjut dia, lahan milik PT PATI seluas 3000 hektare dan yang telah menghasilkan seluas 600 hektare.

"Kalau lahan kita sudah siap, selanjutnya tinggal membangun pabriknya," ujarnya lagi.

Terkait tenaga kerja, pihaknya setuju kesepakatan warga setempat terkait tenaga kerja di perusahaan itu.

"Tenaga kerja sesuai kesepakatan dengan Desa Batu Enjung, Desa Air Bikuk, dan Desa Bunga Tanjung, warga setempat," ujarnya.

Ia menyebutkan, sebanyak 500 orang tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan setelah pabrik kelapa sawit yang dibangun di daerah itu beroperasi.

Pihaknya akan memprioritaskan warga setempat sebagai tenaga kerja di perusahaan itu.

Kecuali, katanya, tenaga ahli, perusahaan akan membuka lamaran secara umum, lalu dilakukan proses seleksi, dan wawancara.

Sedangkan kepada tenaga kerja yang bukan ahli, pihaknya memberikan kesempatan kepada warga setempat terutama di tiga desa penyangga dengan perusahaan.    

Karena, lanjutnya, salah satu tujuan berdirinya pabrik kelapa sawit perusahaan tersebut agar dapat bekerja sama dan membantu meningkatkan ekonomi warga dan pendapatan desa setempat.

Selain itu, lanjutnya, perusahaan juga bermitra dengan badan usaha milik desa atau BUMDes agar adanya pendapatan untuk badan usaha di desa tersebut.

Sementara  Kementerian Pertanian Republik Indonesia menyarankan seluruh unsur di Provinsi Bengkulu memanfaatkan teknologi pertanian untuk meningkatkan hasil tani di daerah itu.

"Sudah banyak penelitian dan teknologi yang dikembangkan pusat dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu, sebaiknya dimanfaatkan dengan maksimal," kata Direktur Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Kementerian Pertanian RI, Gayatri K. Rana, saat mengunjungi Pekan Agro Inovasi di Bengkulu.

Pihaknya bersama BPTP sudah mengembangkan bibit varietas unggulan, serta peralatan yang dapat mempermudah petani dalam bercocok tanam.

"Masyarakat pun diharapkan aktif dalam memanfaatkan teknologi pertanian, utamanya untuk meningkatkan hasil pertanian, sehingga kita bisa menahan laju alih fungsi lahan," kata dia.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, seperti peralatan mesin yang dikembangkan BPTP untuk menanam padi yakni dengan nama Indo Jarwo Transplanter, yang dapat menanam seluas satu hektare lahan, dan hanya membutuhkan waktu enam jam dengan menggunakan tenaga dua orang saja.

Bibit unggul yang tersedia di BPTP Bengkulu pun juga beragam, mulai dari bibit komoditas padi, sawo, jeruk khas Bengkulu, jagung, sekoi, serta bibit unggulan lainnya.

Gayatri mengatakan, sudah ada teknologi untuk menentukan masa barcocoktanam dengan memanfaatkan citra satelit, serta fase pertumbuhan tanaman pertanian.

"Selain itu, masyarakat juga bisa mengakses kalender tanam (Katam) masing-masing kelurahan melalui pesan singkat (SMS), yakni dengan format, KATAM (kelurahan yang ingin dilihat) dan dikirimkan ke nomor tujuan, 082123456500, sehingga masyarakat bisa menyesuaikan dengan jadwal cocok tanam daerah masing-masing," kata dia.

Menurut dirinya, dengan pemanfaatan teknologi pertanian, tingginya alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit di Provinsi Bengkulu dapat ditekan.

"Masyarakat beralih menanam sawit karena hasilnya lebih bernilai, ketika pertanian lain, misalnya padi lebih bernilai, mereka tidak akan menanam sawit," ujarnya.

Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengatakan petani di Kabupaten Seluma siap menebang pohon sawit di perkebunan masing-masing untuk beralih bercocok tanam padi.

"Asalkan menurut mereka, lahan yang selama ini dijadikan untuk menanam sawit mendapatkan pengairan yang teratur, sehingga cocok menjadi sawah," kata dia saat berkunjung ke Kabupaten Seluma.

Menindaklanjuti keinginan masyarakat tersebut, gubernur berjanji akan memperbaiki irigasi di daerah itu, dan siap untuk menganggarkan dana pembangunan.

"Namun irigasi yang akan kita buat seperti suplesi dam bendungan, karena daerah yang akan dijadikan lahan sawah di Seluma merupakan daerah datar, kalau dam tersebut selesai, baru airnya bisa kita tumpahkan ke lahan sawah," katanya.

Rencana pembangunan irigasi tersebut, kata gubernur sejalan dengan program kekinian yang dikembangkan yakni, beras hasil tanam petani Kabupaten Seluma, direncanakan menjadi salah satu produk pertanian unggulan Provinsi Bengkulu.

"Beras Seluma itu kualitasnya bagus, berasnya panjang-panjang, orang sudah mulai tahu itu beras Seluma, jangan menurunkan kualitas atau mengganti bibit dengan yang lain, kalau bisa menanam dengan bibit yang sama," ucapnya.

Dia berharap, orang yang dulu mengenal hasil alam unggulan Bengkulu hanya sawit, karet dan batubara, kini mulai beralih pandang ke gabah dan beras.

Hal itu, menurut gubernur disebabkan, beras merupakan komponen utama dari makanan pokok, berbeda dengan tanaman sawit maupun karet.

"Kita sedang menggalakkan lahan sawah 1,5 juta hektare, sehingga Bengkulu bisa membangun ketahanan pangan, bahkan kalau bisa kita menjadi pemasok untuk daerah lain," kata Junaidi.

Namun, tidak cukup dengan upaya pemerintah daerah saja, kata gubernur, masyarakat juga harus mengubah pola pikir dan meningkatkan kreativitas.

"Terutama sifat malas merupakan penghalang utama dalam berusaha, lahan sudah ada, irigasi dibangun kembali, tetapi kalau ibu-ibu berkumpul di tangga rumah (rumah panggung) dan merumpi menghabiskan hari, upaya yang kita lakukan tadi akan sia-sia," ujarnya.

Agaknya, petani sawit selain meningkatkan intensifikasi juga harus berani melakukan diversifikasi pertanian sehingga mnakala harga sawit anjlok, masih ada pendapatan dari produk pertanian lainnya.

Pewarta: Oleh Triono Subagyo

Editor : Aprionis


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014