Depok (Antara Babel) - Kekalahan beruntun Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dari Koalisi Merah Putih (KMP) di parlemen terus berlanjut. Dengan kemenangan KMP pada pemilihan pimpinan MPR,  berarti KIH sudah kalah lima kali berturut-turut.

Rentetan kekalahan KIH berawal dari pengesahan Undang-Undang MD3, lalu berlanjut dengan  pengesahan Tata Tertib DPR, pengesahan UU Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), dan pemilihan pimpinan DPR. Kekalahan pada pemilihan pimpinan MPR melengkapi jumlahnya menjadi lima.

Semua kemenangan KMP diraih karena jumlah mereka yang dominan di parlemen. Beberapa kali PDI Perjuangan dan anggota-anggota koalisinya terpaksa gigit jari dalam pemungutan suara atau "walk out" meninggalkan paripurna karena kalah suara.

Pada pemilihan pimpinan MPR ini, KIH kalah pada pemungutan suara. Sempat merasa di atas angin karena berhasil menggaet PPP dan mengusung perwakilan DPD sebagai calon Ketua MPR RI, KIH akhirnya kalah tipis dalam pemungutan suara itu.

Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, PKB, NasDem, Hanura, dan PPP yang mengusung Paket A (Oesman Sapta, Ahmad Basarah, Imam Nahrawi, Patrice Rio Capella, dan Hasrul Azwar) mendapatkan 330 suara. Perolehan itu masih kalah dari Paket B (Zulkifli Hasan, Mahyudin, E.E. Mangindaan, Hidayat Nur Wahid, dan Oesman Sapta) yang diusung oleh Golkar, Gerindra, PKS, PAN, dan PD. Paket B ini meraih 347 suara.

Begitu pula, kekalahan pada pemilihan pimpinan DPR itu, KIH terjajar. Takada satu pun kursi pimpinan DPR disisakan buat mereka. Semua direbut KMP, hingga Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Puan Maharani secara terbuka menunjukkan sikap kecewanya.

"Kursi pimpinan DPR dirampas dari kami." kata Puan.

Pakar komunikasi politik Heri Budianto saat itu juga sudah menegaskan kekecewaannya. Dalam pandangan dia, KIH tidak selayaknya kalah begitu rupa. "Jika Bu Mega dan Pak SBY sudah dipertemukan jauh-jauh hari, PDI Perjuangan dan koalisi tidak akan mengalami kegagalan bertubi-tubi seperti ini," ucapnya.

Pada pemilihan pimpinan MPR, KMP kembali unggul atas KIH. Di satu sisi banyak yang menilai hal itu baik untuk perpolitikan negeri, dengan alasan yang terjadi akan membangun sistem "check and balance" dalam kehidupan politik ke depan.

Pemerintah yang dikuasai KIH, pada dinamikanya diharapkan berdinamika dengan DPR dan MPR yang didominasi KMP sehingga terjadi proses tesis-sintesis yang lebih dinamis. Dialektika inilah yang akhirnya diharapkan bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Akan tetapi, tentu saja taksemua pihak bisa menerima fakta tersebut. Kenyataan yang terjadi di MPR tidak urung membuat banyak simpatisan PDI Perjuangan meradang. "Baru babak awal membangun pertahanan, Megawati tak berhasil menempatkan satu pun kader terbaik dalam parlemen, baik DPR maupun MPR," ujar Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus.

Dia mengaku jauh-jauh hari sudah meminta Megawati "turun gunung". "Itu karena siapa pun sadar bahwa Megawati memegang peranan penting dalam Koalisi Indonesia Hebat. Sayang, semua luput dilakukan. Megawati tidak pernah mendengarkan aspirasi publik," katanya.

Meski KIH dapat menerima kekalahan calon yang diusungnya bersama Partai Pesatuan Pembangunan (PPP) dan DPD dalam pemilihan pimpinan MPR melalui voting. Namun, Ketua DPP PDI Perjuangan Trimedya Panjaitan lebih melihat kekurangkompakan DPD dalam mendukung Oesman Sapta Odang sebagai Ketua MPR RI sebagai salah satu faktor penyebab kekalahan itu.

"Dewan Perwakilan Daerah (DPD) kurang solid," kata Trimedya.

Ia mengungkapkan, "Sebelum pemungutan suara digelar, KIH telah melakukan hitung-hitungan suara dengan Oesman Sapta terkait dengan jumlah suara DPD yang akan mendukung Paket Pimpinan MPR, Paket A."

Saat itu, menurut Trimedya, Oesman Sapta menghitung mayoritas anggota DPD akan mendukung Paket A. "Pak Oesman yakin akan dapat dukungan 100 dari 129 suara DPD. Akan tetapi, ternyata kemudian suara DPD terpecah," katanya.

Apalagi, katanya tentang terpecahnya suara DPD dalam pemilihan Ketua MPR RI ada banyak juga anggota DPD yang berasal dari partai politik KMP. "Mereka yang berasal dari parpol yang pengusung Paket B merasa tidak perlu Ketua MPR-nya dari DPD. Yang penting partai yang dia usung menang," katanya.

                                                    Salah Strategi
Anggota KIH, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menyatakan kecewa atas kekalahan koalisinya yang bersama DPD mengusung Paket A Pimpinan MPR RI. Menurut Ketua DPP PKB Helmy Faishal Saini, kekecewaan itu karena ternyata suara DPD tidak solid mendukung wakilnya Oesman Sapta Odang sebagai Ketua MPR RI seperti dicalonkan KIH.

"Kami kecewalah karena DPD tidak kompak," katanya.

Suara fraksi partai-partai dalam KIH plus PPP, kata dia, solid mendukung paket yang diusulkan. Namun, perhitungan KIH meleset dari fakta yang sesungguhnya karena ketidaksolidan para senator mendukung Oesman Sapta.

Namun, Ketua DPD Irman tidak sependapat. Menurut dia, faktor utama kalahnya paket pimpinan MPR yang diajukan KIH bukan berasal dari suara DPD yang pecah. Justru penyebabnya adalah ada anggota KIH yang membelot mendukung KMP. "Suara DPD itu sesuai dengan target, tetapi jangan lupa, dari fraksi partai pendukung (Jokowi) juga ada yang merembes," katanya.

Setiap perebutan jabatan tentunya taklepas dari strategi pemenangannya. Terkait dengan hal ini Partai Demokrat (PD) yang tergabung dalam Paket B bersama KMP mengirimkan kadernya E.E. Mangindaan sebagai Wakil Ketua MPR.

Mengenai kemenangan KMP, Wasekjen PD Ramadhan Pohan angkat bicara bahwa strategi yang mereka lakukan dalam pemilihan pimpinan MPR, berhasil. Strategi jitu itu adalah memasang Zulkifli Hasan dari PAN serta E.E. Mangindaan dari Demokrat, bukan tanpa alasan.

"Pak SBY dan para strategi KMP jitu. Sempat diprediksi kalah setelah PDI Perjuangan memasang DPD masuk paket Ketua MPR, ujungnya KMP juga yang menang," katanya.

Dia menambahkan bahwa dirinya mengapresiasi sikap SBY dan Demokrat yang mengalah dan tidak ngotot mendapatkan jatah Ketua MPR.

"Lalu, mendadak pada menit-menit terakhir memasang Zulkifli Hasan sebagai calon Ketua MPR dan E.E. Mangindaan selaku Wakil Ketua MPR. Ini merupakan strategi yang pas untuk memenangi kursi Pimpinan MPR meski kubu KIH menyiapkan kursi Ketua MPR untuk DPD," katanya.

Pohan menegaskan, "Zulkifli merepresentasikan suara Sumatera, moderat, tidak ambisius, dan sudah berpengalaman. Pak Mangindaan senior dari Sulut, mengakomodasi suara DPD Indonesia Timur, Mahyudin, tokoh muda Golkar asal Kalimantan juga memperlihatkan kepiawaian strategi KMP. Gerindra yang legawa memasang calon KMP lain, juga tepat."
   
Sementara itu, Ketua DPR Setya Novanto juga berpendapat bahwa solidnya partai pendukung KMP terbukti dengan terpilihnya Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR. "Salah satu faktornya ialah dukungan PD.  Tata tertib sudah kami ikuti maka KMP menang solid dan kompak," ujarnya.

"Demokrat juga solid, saya berterima kasih kepada Pak SBY yang terus melakukan komunikasi. Meski sempat tak berpihak, PD kemudian terbukti mendukung KMP," kata Setyo.

Ketua Setara Institute Hendardi menilai kekalahan koalisi PDI Perjuangan dalam pemilihan pimpinan MPR dan DPR menunjukkan rendahnya kualitas dan keterampilan berpolitik KIH. "Salah satunya penyebabnya adalah sikap 'gede rasa' KIH dengan kemenangan Jokowi-JK dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014 dan melupakan konstituen, sukarelawan, dan masyarakat sipil dalam proses politik parlemen," katanya.

Hendardi menilai KIH juga terlalu percaya diri dengan adanya dukungan dari PPP dan DPD, padahal dukungan keduanya itu belum teruji soliditasnya karena bukanlah mitra koalisi strategis, seperti PKB, Partai NasDem, dan Partai Hanura.

"Ini pelajaran penting bagi KIH dan Jokowi-JK. Setelah mendapat dukungan dari PPP dan DPD, KIH juga sama bernafsunya untuk berkuasa seperti KMP. PDI Perjuangan diam-diam menghendaki voting. Padahal, musyawarah mufakat seharusnya tetap menjadi pilihan yang diutamakan," katanya.

Barangkali pendapat Hendardi bahwa kekalahan KIH dalam pemilihan MPR menunjukkan rendahnya kualitas berpolitik para parpol yang tergabung dalam koalisi pengusung Jokowi-JK, patut juga direnungkan.

Pewarta: Oleh Illa Kartila

Editor : Aprionis


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014