Pelaksanaan tradisi "Chit Ngiat Pan" atau sembahyang rebut yang dilakukan oleh warga keturunan Tionghoa di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menerapkan protokol kesehatan guna mengantisipasi penyebaran virus corona baru atau COVID-19.

"Kami siapkan protokol kesehatan seperti fasilitas sarana cuci tangan dan mengatur jarak antar masyarakat yang ingin sembahyang," kata Ketua Pelaksanan Harian Kelenteng Hok Tek Che, Akok di Tanjung Pandan, Kamis.

Menurut dia, pelaksanaan sembahyang rebut digelar dengan sederhana namun tidak meninggalkan sakralitas perayaan tersebut bagi warga keturunan tionghoa di daerah itu.

Disampaikan dia, demi mematuhi protokol kesehatan adalah pihak panitia meniadakan tradisi "rebutan" barang-barang seperti peralatan dapur, memasak dan juga sembako yang biasanya merupakan bagian dari identitas pelaksanaan tradisi sembahyang rebut.

"Parade atau penampilan barongsai juga kami tiadakan guna menghindari kerumunan orang banyak," ujarnya.

Namun rangkaian ibadah lainnya tidak dikurangi atau ditiadakan seperti pembakaran patung dewa dan juga sembahyang lainnya yang dilaksanakan di sejumlah altar kelenteng tersebut.

"Rangkaian sembahyang intinya tidak kami kurangi tetap diselenggarakan termasuk membakar miniaty patung dewa setinggi enam meter namun tetap menerapkan protokol kesehatan," katanya.

Akok menjelaskan, tradisi "Chit Ngiat Pan" atau sembahyang rebut bertepatan dengan tanggal 15 bulan tujuh dalam kalender Imlek yang diyakini sebagai hari pintu akhirat terbuka dan arwah-arwah turun ke bumi.

"Jadi ini adalah tradisi leluhur kami dalam sembahyang ini kami juga memanjatkan doa agar semuanya dilingkupi dengan kebaikan termasyk negara kita semoga bebas dari pandemi COVID-19," ujarnya.

Pewarta: Apriliansyah

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2020