Mentok, Bangka Barat (ANTARA) - Pengurus Kelenteng Kung Fuk Miau di Mentok, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mematangkan rencana untuk menggelar tradisi Sembahyang Rebut atau "chit ngiat pan" pada 22 Agustus 2021.
"Perlu persiapan yang baik karena tradisi ini digelar di tengah pandemi COVID-19 yang membutuhkan penanganan khusus agar tidak menimbulkan kerumunan. Untuk saat ini kami masih dalam tahap persiapan membuat berbagai perlengkapan yang dibutuhkan pada tradisi 'chit ngiat pan'," kata petugas Kelenteng Kung Fuk Miau, Paularita Miewien, di Mentok, Minggu.
Ia mengatakan persiapan yang dilakukan sudah berjalan dua bulan terakhir untuk menyukseskan acara ritual keagamaan itu, mulai dari pendataan warga calon penerima bantuan dan pengumpulan sembako yang nantinya akan dijadikan pelengkap prosesi Sembahyang Rebut.
Selain itu, persiapan juga dilakukan panitia dengan membuat patung-patung dewa akhirat atau Thai Se Ja berbahan kertas dan bambu yang nantinya dibakar pada puncak ritual.
"Pada tahun-tahun sebelumnya patung Thai Se Ja biasanya dibuat dengan ukuran besar dengan ketinggian mencapai lima meter, namun pada tahun ini berukuran sedang," katanya.
Patung berukuran sedang tersebut dimaksudkan agar proses pembuatan lebih singkat dan mudah saat memindahkan pada malam penutupan nanti.
"Adapun pelaksanaan acara akan dilangsungkan secara sederhana dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan juga dilangsungkan acara hiburan atau kesenian," katanya.
Untuk kesuksesan tradisi tersebut, panitia juga sudah berkoordinasi dengan Satgas COVID-19, Satuan Polisi Pamong Praja dan Polres Bangka Barat agar tidak terjadi kerumunan saat kegiatan berlangsung.
Dia mengatakan Sembahyang Rebut merupakan salah satu kegiatan tahunan dan menjadi daya tarik wisata sehingga biasanya banyak pengunjung yang datang, baik yang akan melakukan sembahyang maupun warga yang ingin melihat prosesi ritual.
"Chit Ngiat Pan" merupakan perayaan hari besar warga Tionghoa yang diperingati setiap tanggal 15 bulan ke-7 pada penanggalan kalender Imlek yang dilaksanakan tidak hanya di Kelenteng Kung Fuk Miau, namun warga keturunan Tionghoa di berbagai penjuru dunia.
Kelenteng Kung Fuk Miau merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang masih berdiri kokoh hingga saat ini, terletak di Mentok, Kabupaten Bangka Barat dan masih digunakan sebagai tempat ibadah.
Kelenteng berdiri sekitar tahun 1800 pada masa Dinasti Ching. Penamaan Klenteng Kung Fuk Miau diambil dari wilayah para pendiri yang berasal dari Cina Selatan. Kung Fuk berasal dari kata "Kwang Tung" dan "Fuk Kian" yang disingkat menjadi Kung Fuk, sedangkan Miau artinya Rumah Dewa.
Pada awalnya, Klenteng Kung Fuk Miau dibangun menggunakan kayu dan lantainya terbuat dari tanah liat, namun seiring berjalan waktu rumah ibadah itu sudah beberapa kali mengalami perbaikan, yaitu pada 1977, 1982, dan 1994.