Jakarta (Antara Babel) - Selain menggunakan obat anti epilepsi (OAE),
mengontrol kejang pada penyandang epilepsi anak juga bisa melalui
prosedur diet lemak atau disebut juga diet ketogenik.
"Lemak (berupa minyak) itu kalau tinggi menghasilkan zat keton, yang bisa menghambat kejang. Menghambat aktivitas listrik di jaringan otak yang berlebihan," ujar Neurolog anak dari RSCM, DR. dr. Irawan Mangunatmadja, SpA (K), di Jakarta, Kamis (29/1).
Dia mengungkapkan, prinsip diet ketogenik adalah tubuh membakar lemak (bukan gula) untuk sumber energi (disebut ketosis), yakni suatu kondisi yang sama pada seseorang yang sedang berpuasa.
"Dalam menu, protein diganti sedikit lebih banyak lemak. Misalkan perbandingan antara protein dan lemak itu harusnya 3:1, atau 2:1, tetapi sekarang dibalik, lemak yang lebih banyak, supaya menghasilkan keton lebih banyak," kata dia.
Diet ini memerlukan perencanaan dan pengawasan beberapa orang ahli, seperti neurolog anak, dokter gizi anak dan ahli gizi, mengingat adanya beberapa efek samping.
Prosedur diet dilakukan dengan pengawasan dokter dan perawat di rumah sakit. Awalnya, anak akan dipuasakan kemudian barulah dia mulai menjalankan diet secara bertahap sampai tercapai asupan lemak dan kalori yang diinginkan.
Hanya saja, diet ini kurang mengandung vitamin, sehingga anak perlu asupan vitamin yang bebas gula.
Di samping itu, masalah yang dihadapi pada diet ini adalah kepatuhan menjalankan diet cukup karena rasanya yang tidak enak.
"Makanya anak kalau tidak suka bisa muntah-muntah karena minum minyak," kata dia.
Sebuah penelitian di John Hopkins University pernah mengungkapkan, keberhasilan terapi dilaporkan cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan, setelah setahun menjalankan diet ketogenik, 50 persen anak mengalami penurunan kejang sebanyak 50 persen dan 25 persen mengalami penurunan sebanyak 90 persen.
dr. Irawan mengingatkan, sekalipun anak menjalani diet ketogenik, OAE harus tetap diberikan, karena berfungsi menghentikan kejang. "Kejang terjadi akibat cetusan listrik di otak. Kalau tidak dikontrol dengan obat, kejang nanti bisa tidak terkontrol, dan bisa saja membentuk cetusan listrik di bagian otak yang lainnya," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015
"Lemak (berupa minyak) itu kalau tinggi menghasilkan zat keton, yang bisa menghambat kejang. Menghambat aktivitas listrik di jaringan otak yang berlebihan," ujar Neurolog anak dari RSCM, DR. dr. Irawan Mangunatmadja, SpA (K), di Jakarta, Kamis (29/1).
Dia mengungkapkan, prinsip diet ketogenik adalah tubuh membakar lemak (bukan gula) untuk sumber energi (disebut ketosis), yakni suatu kondisi yang sama pada seseorang yang sedang berpuasa.
"Dalam menu, protein diganti sedikit lebih banyak lemak. Misalkan perbandingan antara protein dan lemak itu harusnya 3:1, atau 2:1, tetapi sekarang dibalik, lemak yang lebih banyak, supaya menghasilkan keton lebih banyak," kata dia.
Diet ini memerlukan perencanaan dan pengawasan beberapa orang ahli, seperti neurolog anak, dokter gizi anak dan ahli gizi, mengingat adanya beberapa efek samping.
Prosedur diet dilakukan dengan pengawasan dokter dan perawat di rumah sakit. Awalnya, anak akan dipuasakan kemudian barulah dia mulai menjalankan diet secara bertahap sampai tercapai asupan lemak dan kalori yang diinginkan.
Hanya saja, diet ini kurang mengandung vitamin, sehingga anak perlu asupan vitamin yang bebas gula.
Di samping itu, masalah yang dihadapi pada diet ini adalah kepatuhan menjalankan diet cukup karena rasanya yang tidak enak.
"Makanya anak kalau tidak suka bisa muntah-muntah karena minum minyak," kata dia.
Sebuah penelitian di John Hopkins University pernah mengungkapkan, keberhasilan terapi dilaporkan cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan, setelah setahun menjalankan diet ketogenik, 50 persen anak mengalami penurunan kejang sebanyak 50 persen dan 25 persen mengalami penurunan sebanyak 90 persen.
dr. Irawan mengingatkan, sekalipun anak menjalani diet ketogenik, OAE harus tetap diberikan, karena berfungsi menghentikan kejang. "Kejang terjadi akibat cetusan listrik di otak. Kalau tidak dikontrol dengan obat, kejang nanti bisa tidak terkontrol, dan bisa saja membentuk cetusan listrik di bagian otak yang lainnya," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015