Pangkalpinang (Antara Babel) - Perum Bulog Subdivre Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), belum mampu menyerap beras petani, karena harga beras petani di daerah itu tinggi.

"Harga beras petani di daerah ini sudah mahal, bahkan mencapai Rp8.500 per kilogram," kata Kepala Bulog Subdivre Bangka Nur Untung Wahyudi di Pangkalpinang, Jumat.

Ia menjelaskan berdasarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2015, harga pembelian Bulog hanya Rp7.300 per kilogram, sementara harga beras di petani mencapai Rp8.500 per kilogram.

"Petani padi di daerah ini sudah untung, sehingga kami tidak perlu lagi membeli beras milik petani," katanya.

Selama ini, kata dia, produksi beras petani ini langsung diserap oleh pedagang dan pengusaha penggilingan padi dengan harga yang cukup tinggi.

Selain itu, produksi beras petani ini masih kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat di daerah ini. Produksi beras petani baru 40 persen memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Pada prinsipnya, kami membeli beras petani ketika terjadi suplus dan harga beras ditingkat petani murah atau di bawah harga yang ditetapkan bulog," ujarnya.

Jika produksi beras petani suplus dan tidak terserap lagi oleh pedagang dan harga beras juga rendah, maka Bulog akan membeli beras petani dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah.

"Disinilah peran bulog, untuk mengantisipasi harga beras murah ditingkat petani dan upaya ini sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan para petani," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, Bulog belum dapat menyerap beras petani karena harga yang tinggi atau di atas harga yang ditetapkan pemerintah.

"Saat ini, kami masih mengandalkan pasokan beras dari luar daerah untuk memenuhi atau pendistribusian raskin kepada rumah tangga sasaran di daerah ini," ujarnya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Mulki


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015