Koba (Antara Babel) - Penggagas pembudidayaan Hutan Pelawan yang menghasilkan madu lebah manis dan pahit di Desa Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Zaiwan mengemukakan pemasaran madu tersebut tidak hanya dalam negeri tetapi sudah menembus pasar ekspor.
"Pemasaran madu Pelawan ini sudah sampai ke luar negeri, terutama negara-negara di Timur Tengah," ujar Zaiwan di Namang, Senin.
Ia menjelaskan, luas hutan Pelawan tercatat mencapai lebih kurang 260 hektare dan masih ratusan hektare lagi yang belum dikelola secara maksimal.
"Awalnya kami melestarikannya untuk menjaga keasrian hutan, kemudian belakangan menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat karena hutan tersebut menjadi kawasan budidaya lebah penghasil madu," ujarnya.
Zaiwan mengaku melestarikan hutan Pelawan awalnya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan hutan untuk kelangsungan hidup generasi mendatang.
"Memang banyak hambatan untuk melestarikan hutan Namang karena harus mengubah pola pikir masyarakat yang selalu menggantungkan ekonomi dari menambang bijih timah dengan merusak hutan," ujarnya.
Ia mengaku dengan upaya yang sabar dan memberikan pemahaman kepada masyarakat sehingga akhirnya keberadaan hutan ini dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Sekarang hutan Pelawan Namang tidak hanya menjadi kawasan penangkaran madu lebah pahit dan manis, tetapi sudah ditetapkan sebagai kawasan objek wisata alam, observasi dan pendidikan," ujarnya.
Ia menyebutkan, pelestarian hutan Pelawan mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah sehingga hutan seluas ratusan hektare tersebut sudah ditetapkan sebagai hutan keanekragaman hayati.
"Kami juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat, tetapi tujuan kami yang sebenarnya bukan hanya itu tetapi yang terpenting hutan ini mampu menghasilkan madu lebah yang memiliki nilai jual tinggi," ujarnya.
Ia mengatakan, produksi madu lebah Pelawan lumayan banyak sehingga warga cukup terbantu.
"Selain itu di hutan Pelawan juga tumbuh jamur dengan harga yang lumayan tinggi serta diminati banyak orang," ujarnya.
Hanya saja jamur itu tumbuh pada saat-saat tertentu saja misalnya pada musim hujan disertai petir karena jamur itu memang hanya bersemi saat hujan petir.
"Kalau malamnya hujan disertai petir, maka beberapa hari setelah itu jamur Pelawan mulai bersemi, masyarakat pun mulai memburunya untuk dijual dan dijadikan menu masakan karena rasanya yang cukup gurih," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015
"Pemasaran madu Pelawan ini sudah sampai ke luar negeri, terutama negara-negara di Timur Tengah," ujar Zaiwan di Namang, Senin.
Ia menjelaskan, luas hutan Pelawan tercatat mencapai lebih kurang 260 hektare dan masih ratusan hektare lagi yang belum dikelola secara maksimal.
"Awalnya kami melestarikannya untuk menjaga keasrian hutan, kemudian belakangan menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat karena hutan tersebut menjadi kawasan budidaya lebah penghasil madu," ujarnya.
Zaiwan mengaku melestarikan hutan Pelawan awalnya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan hutan untuk kelangsungan hidup generasi mendatang.
"Memang banyak hambatan untuk melestarikan hutan Namang karena harus mengubah pola pikir masyarakat yang selalu menggantungkan ekonomi dari menambang bijih timah dengan merusak hutan," ujarnya.
Ia mengaku dengan upaya yang sabar dan memberikan pemahaman kepada masyarakat sehingga akhirnya keberadaan hutan ini dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Sekarang hutan Pelawan Namang tidak hanya menjadi kawasan penangkaran madu lebah pahit dan manis, tetapi sudah ditetapkan sebagai kawasan objek wisata alam, observasi dan pendidikan," ujarnya.
Ia menyebutkan, pelestarian hutan Pelawan mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah sehingga hutan seluas ratusan hektare tersebut sudah ditetapkan sebagai hutan keanekragaman hayati.
"Kami juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat, tetapi tujuan kami yang sebenarnya bukan hanya itu tetapi yang terpenting hutan ini mampu menghasilkan madu lebah yang memiliki nilai jual tinggi," ujarnya.
Ia mengatakan, produksi madu lebah Pelawan lumayan banyak sehingga warga cukup terbantu.
"Selain itu di hutan Pelawan juga tumbuh jamur dengan harga yang lumayan tinggi serta diminati banyak orang," ujarnya.
Hanya saja jamur itu tumbuh pada saat-saat tertentu saja misalnya pada musim hujan disertai petir karena jamur itu memang hanya bersemi saat hujan petir.
"Kalau malamnya hujan disertai petir, maka beberapa hari setelah itu jamur Pelawan mulai bersemi, masyarakat pun mulai memburunya untuk dijual dan dijadikan menu masakan karena rasanya yang cukup gurih," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015