Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membentuk tim pemantau jentik di tingkat sekolah sebagai upaya mencegah penyebaran demam berdarah.
"Saat ini kasus warga yang terkena demam berdarah cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian seluruh pihak agar bisa bersama-sama melakukan pencegahan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bangka Barat Achmad Nursyandi di Mentok, Kamis.
Ia menjelaskan, pembentukan tim pemantau jentik nyamuk ini perlu terus dilakukan tidak hanya di tingkat sekolah, namun juga di tengah masyarakat yang tinggal di permukiman perkotaan hingga pelosok.
Menurut Nursyandi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Satgas Penanganan Demam Berdarah Kabupaten Bangka Barat tersebut, pemberantasan sarang nyamuk perlu terus dilakukan dan menjadi gerakan bersama.
"Gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M, yaitu menguras, mengubur dan menutup masih menjadi senjata ampuh untuk pengendalian kasus DBD," ujarnya.
Dalam gerakan 3M tersebut dibutuhkan kerja keras dan bersama-sama agar bisa mengendalikan DBD di Bangka Barat.
Pada Januari hingga awal Februari 2022, kasus DBD yang ditemukan di Bangka Barat tergolong tinggi, yaitu mencapai 99 kasus, sedangkan pada tahun sebelumnya tercatat 153 kasus selama setahun.
"Ini butuh perhatian bersama, padahal baru berjalan satu setengah bulan sudah mencapai 99 kasus, dengan kasus tertinggi di Kecamatan Mentok. Kami berharap masyarakat bisa melakukan upaya mandiri, pastikan rumah masing-masing tidak ada jentik nyamuk, baik di dalam maupun di luar rumah," katanya.
Pemkab Bangka Barat melalui organisasi perangkat daerah terkait dan instansi lainnya saat ini juga terus melakukan sosialisasi agar kasus ini bisa tertangani dengan baik dan masif.
"Pemberdayaan masyarakat dalam advokasi bebas jentik, abatisasi, pengasapan fokus, dan promosi baik secara langsung maupun tidak langsung terus kami lakukan," katanya.
Selain membangun kesadaran masyarakat, pihaknya juga membentuk tim juru pemantau jentik di tingkat sekolah yang beranggotakan para siswa dan guru.
Hal ini dilakukan agar mereka terbiasa melakukan pemeriksaan jentik nyamuk secara rutin di sekolah dan kebiasaan tersebut bisa diterapkan di rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal.
"Tugas mereka memantau jentik-jentik di tempat yang potensial berkembang biak, antara lain timbunan sampah, genangan air, dan bak mandi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022
"Saat ini kasus warga yang terkena demam berdarah cukup tinggi dan perlu mendapatkan perhatian seluruh pihak agar bisa bersama-sama melakukan pencegahan," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bangka Barat Achmad Nursyandi di Mentok, Kamis.
Ia menjelaskan, pembentukan tim pemantau jentik nyamuk ini perlu terus dilakukan tidak hanya di tingkat sekolah, namun juga di tengah masyarakat yang tinggal di permukiman perkotaan hingga pelosok.
Menurut Nursyandi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Satgas Penanganan Demam Berdarah Kabupaten Bangka Barat tersebut, pemberantasan sarang nyamuk perlu terus dilakukan dan menjadi gerakan bersama.
"Gerakan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M, yaitu menguras, mengubur dan menutup masih menjadi senjata ampuh untuk pengendalian kasus DBD," ujarnya.
Dalam gerakan 3M tersebut dibutuhkan kerja keras dan bersama-sama agar bisa mengendalikan DBD di Bangka Barat.
Pada Januari hingga awal Februari 2022, kasus DBD yang ditemukan di Bangka Barat tergolong tinggi, yaitu mencapai 99 kasus, sedangkan pada tahun sebelumnya tercatat 153 kasus selama setahun.
"Ini butuh perhatian bersama, padahal baru berjalan satu setengah bulan sudah mencapai 99 kasus, dengan kasus tertinggi di Kecamatan Mentok. Kami berharap masyarakat bisa melakukan upaya mandiri, pastikan rumah masing-masing tidak ada jentik nyamuk, baik di dalam maupun di luar rumah," katanya.
Pemkab Bangka Barat melalui organisasi perangkat daerah terkait dan instansi lainnya saat ini juga terus melakukan sosialisasi agar kasus ini bisa tertangani dengan baik dan masif.
"Pemberdayaan masyarakat dalam advokasi bebas jentik, abatisasi, pengasapan fokus, dan promosi baik secara langsung maupun tidak langsung terus kami lakukan," katanya.
Selain membangun kesadaran masyarakat, pihaknya juga membentuk tim juru pemantau jentik di tingkat sekolah yang beranggotakan para siswa dan guru.
Hal ini dilakukan agar mereka terbiasa melakukan pemeriksaan jentik nyamuk secara rutin di sekolah dan kebiasaan tersebut bisa diterapkan di rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal.
"Tugas mereka memantau jentik-jentik di tempat yang potensial berkembang biak, antara lain timbunan sampah, genangan air, dan bak mandi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022