Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyarankan seluruh petani sawit di wilayah itu menggunakan pupuk organik sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan pupuk akibat tingginya harga pupuk kimia jenis NPK.

"Saya sarankan petani sawit dapat menggunakan pupuk organik yang harganya relatif lebih murah dibandingkan pupuk kimia non subsidi jenis NPK yang mencapai Rp650 ribu per karung kapasitas 50 kilogram," kata Ketua Pemuda Tani HKTI Bangka Belitung, Redy Zedira Tama di Sungailiat, Sabtu.

Redy Zedira mengemukakan, pupuk organik dianjurkan digunakan antara lain karena menstabilkan unsur hara dalam tanah meskipun proses penyuburan tanaman relatif lebih lama dibanding pupuk kimia.

Dia mengatakan, kenaikan harga pupuk non subsidi karena dipengaruhi meningkatkan bahan baku pupuk yang diproduksi serta diakibatkan juga naiknya sejumlah komoditas pertanian di Indonesia.


"Dilatarbelakangi kondisi yang ada saat ini, saya memprediksi harga pupuk non subsidi masih akan terjadi kenaikan pada tahun 2022," jelas dia.

Menurutnya, pupuk organik dapat dibuat oleh petani sendiri dengan memanfaatkan kotoran kandang dan bahan alami lain.

Sementara salah satu petani Sawit Bangka Belitung, Feri mengakui harga pupuk non subsidi jenis NPK mencapai Rp650 ribu per karung sangat memberatkan petani sawit karena dianggap tidak sebanding harga jual kelapa sawit atau tanda buah segar yang hanya rata-rata sebesar Rp1.980 per kilogram.


Harga pupuk non subsidi jenis NPK tersebut merupakan angka tertinggi mulai Mei 2022 hingga sekarang sementara harga jual buah kelapa sawit hasil panen petani menurun dari sebelumnya berkisar Rp3.000 per kilogram menjadi Rp1.980 per kilogram.

"Kami berharap pemerintah segera mengambil keputusan untuk menurunkan harga pupuk non subsidi sehingga membantu petani kelapa sawit mendapatkan pupuk NPK," kata dia.
 

Pewarta: Kasmono

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022