Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Purwenda menyarankan kepada kalangan guru mengurangi pemberian pekerjaan rumah (PR) untuk murid sekolah dasar (SD).
"Jangan terlalu banyak diberikan PR kepada mereka sehingga menghilangkan waktu mereka untuk bermain dan istirahat, itu juga kurang baik untuk tumbuh kembang anak yang masih usia dini," katanya saat menjadi pembicara dalam acara Peringatan Hari Anak Nasional Tahun 2022 di Manggar, Kamis.
Menurut dia, untuk tumbuh kembang anak di usia SD masih membutuhkan waktu beristirahat dan bermain dan dengan banyaknya PR maka waktu bermain dan istirahat akan berkurang.
"Pulang sekolah mereka kadang harus les atau lanjut ke TPA, kemudian mengerjakan PR waktu malam, akhirnya tidur sudah larut di sekolah nanti malah ngantuk tidak fokus,” katanya.
Purwenda yang juga merupakan seorang pengajar ini juga menyatakan, sudah tidak masanya lagi siswa diberikan tugas sekolah di rumah. Apalagi saat ini kurikulum yang digunakan berbasis kurikulum merdeka.
"Dengan kurikulum merdeka ini guru seharusnya memperbanyak tugas proyek untuk pembentukan karakter siswa, itu jelas untuk melatih keterampilan dan pola pikir siswa, biar mereka lebih maju," ujarnya.
Salah satu orang tua yang anaknya masih SD, Zahari MZ, Akbar mendukung tidak memperbanyak anak dengan PR.
"Saya seminggu lalu anak saya dikasih PR sebanyak 100 soal dalam waktu dua hari. Terpaksa saya ikut turun tangan ngerjakannya karena sampai larut malam belum juga selesai,” katanya.
Dengan banyaknya PR, tambah Akbar tidak akan efektif untuk membuat anak SD menjadi lebih rajin belajar. Malah anak akan merasa sekolah adalah tempat yang menakutkan.
"Tugas yang dikerjakan di rumah itu sebenarnya baik untuk anak, biar orang tua juga berperan serta membantu proses pembelajaran anak. Tapi kalau kebanyakan malah jadi bumerang, anak malah jadi takut untuk ke sekolah,” demikian Zahari MZ Akbar.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022